×
image

Tragedi Ponpes Al Khoziny: Proses Evakuasi Diperpanjang, 66 Korban Ditemukan dan 17 Teridentifikasi

  • image
  • By Shandi March

  • 07 Oct 2025

Ilustrasi. Tim SAR gabungan bersama Basarnas, BNPB, dan aparat setempat bekerja siang malam menembus puing-puing beton untuk evakuasi para korban ponpes Al-Khoziny. (X@neVerAl0nely___)

Ilustrasi. Tim SAR gabungan bersama Basarnas, BNPB, dan aparat setempat bekerja siang malam menembus puing-puing beton untuk evakuasi para korban ponpes Al-Khoziny. (X@neVerAl0nely___)


LBJ — Delapan hari pasca-runtuhnya gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, proses pencarian korban masih terus berlangsung. Tim SAR gabungan bersama Basarnas, BNPB, dan aparat setempat bekerja siang malam menembus puing-puing beton demi menemukan seluruh korban yang tertimbun.

Gedung tiga lantai yang juga berfungsi sebagai musala itu ambruk pada Senin (29/9) sore, saat ratusan santri tengah melaksanakan salat Ashar berjemaah. Sebagian berhasil menyelamatkan diri, namun puluhan lainnya terjebak di reruntuhan bangunan yang masih dalam tahap pembangunan.

66 Korban Ditemukan

Hingga Senin (6/10/2025) malam, Tim SAR gabungan mencatat 66 korban tewas, termasuk tujuh potongan tubuh atau body part.

Baca juga : Fakta Lengkap Tragedi Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Dari Awal Kejadian hingga Evakuasi Hari ke-8

Seluruh jenazah dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi oleh tim DVI Polda Jatim.

“Dengan demikian, hingga laporan terakhir, total terdapat 13 korban dan dua body part berhasil diekstrikasi dan dilanjutkan evakuasi pada hari ke-8 di sektor A3 dan A2,” ujar Kasubdit RPDO Basarnas, Emi Freezer, (6/10).

17 Korban Teridentifikasi

Tim DVI Polda Jatim melaporkan, hingga Senin malam, 17 korban telah berhasil diidentifikasi. Dari delapan kantong jenazah yang diterima, tujuh di antaranya dalam kondisi utuh, sementara satu lainnya berupa potongan tubuh.

Identifikasi dilakukan melalui kecocokan sidik jari, gigi, dan data medis keluarga korban. Seluruh proses berlangsung di RS Bhayangkara Surabaya dan disaksikan langsung oleh keluarga masing-masing.

Tragedi dengan Korban Terbanyak di 2025

BNPB menyebut ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny sebagai bencana dengan jumlah korban terbesar sepanjang tahun 2025.

Baca juga : Hari Ketujuh Pencarian, Total Korban Ponpes Al-Khoziny Capai 66 Orang

Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, menegaskan jumlah korban meninggal dunia di Sidoarjo jauh lebih besar dibandingkan bencana lain yang terjadi tahun ini.

"Bahwa korban kali ini di sepanjang tahun 2025 ini adalah korban yang cukup besar menurut BNPB. Karena dari bencana-bencana alam yang terjadi baik gempa bumi di Poso, gempa bumi yang di tempat lain termasuk banjir bandang di Bali, kemudian Nagi Keo. Semuanya korbannya hanya sedikit,” ungkap Budi di Posko Kedaruratan, Sidoarjo, Senin (6/10).

Operasi SAR Ditetapkan sebagai Operasi Khusus

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengumumkan bahwa proses evakuasi kini berstatus operasi khusus.

Operasi ini akan terus berjalan hingga seluruh korban ditemukan tanpa batas waktu tertentu.

"Pada saat operasi yang kita laksanakan ini sudah menjadi operasi khusus, apalagi kementerian terlibat bahwa operasi ini akan dinyatakan selesai setelah tuntas," jelas Syafii.

Baca juga : 341 Ribu Data Anggota Polri Diretas Pasca Penangkapan Pria Ngaku Bjorka

Biasanya, operasi pencarian Basarnas berlangsung selama tujuh hari dan diperpanjang tiga hari. Namun untuk kasus ini, pencarian akan diteruskan karena kompleksitas medan dan volume material runtuhan yang sangat besar.

Hambatan di Lapangan

Proses evakuasi menghadapi sejumlah kendala serius. Struktur bangunan yang masih saling terhubung dengan gedung lama membuat petugas harus ekstra hati-hati agar tidak memicu keruntuhan lanjutan.

“Material reruntuhan ini masih ada yang terkoneksi terhadap bangunan di sebelah, sehingga butuh kehati-hatian dalam cutting dan pengangkatan,” terang Syafii.

Selain itu, area kerja yang sempit hanya memungkinkan dua alat berat beroperasi secara bersamaan. Hal ini membuat proses evakuasi berlangsung lambat namun tetap mengedepankan keselamatan.

Baca juga : Ayah dan Istri Hingga Christine Hakim Dampingi Nadiem di Sidang Kasus Laptop Kemendikbud

Syafii menegaskan seluruh langkah dilakukan secara terukur dan diawasi oleh para ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menghindari kesalahan perhitungan.

"Apa yang kita lakukan saya pastikan terukur dan mudah-mudahan tidak ada dari human error yang terjadi,” ujarnya menutup pernyataan.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post