×
image

Netanyahu Akui Israel Ledakkan 153 Ton Bom di Gaza Saat Gencatan Senjata

  • image
  • By Shandi March

  • 21 Oct 2025

Netanyahu Akui Israel Ledakkan 153 Ton Bom di Gaza Saat Gencatan Senjata. (X@BurakSezen)

Netanyahu Akui Israel Ledakkan 153 Ton Bom di Gaza Saat Gencatan Senjata. (X@BurakSezen)


LBJ — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka membanggakan aksi militer negaranya yang menggempur Jalur Gaza dengan 153 ton bom, meskipun status gencatan senjata dengan Hamas masih berlaku.

Pernyataan tersebut ia sampaikan saat membuka sidang musim dingin parlemen Knesset, Senin (20/10), dan langsung

Dalam pidatonya yang disiarkan media nasional Israel, Netanyahu mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan sebagai “balasan” atas kematian dua tentaranya.

Baca juga : Ketika Trump Pilih Pengusaha Ganja Jadi Utusan Khusus AS untuk Irak, Picu Pro dan Kontra

“Selama masa gencatan senjata, dua tentara gugur... Kami membalas dengan 153 ton bom dan menyerang puluhan target di seluruh Jalur Gaza,”

ujar Netanyahu seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/10).

Ucapan tersebut secara tersirat menjadi pengakuan resmi bahwa Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat pada 10 Oktober lalu.

Ironisnya, perjanjian itu seharusnya menjadi langkah awal menuju rekonstruksi Gaza dan proses pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.

Baca juga : Tentara Israel Akui Hamas Sediakan Kitab Taurat, Izinkan Ibadah Tiga Kali Sehari Selama Disandera

Ratusan Warga Palestina Tewas Akibat Pelanggaran Gencatan

Menurut laporan Anadolu Agency, hingga Senin (20/10), Israel telah 80 kali melanggar perjanjian gencatan senjata.

Akibat pelanggaran tersebut, sedikitnya 97 warga Palestina tewas, termasuk 44 orang pada Minggu (19/10) saja, sementara 230 lainnya terluka.

Kantor media pemerintah Gaza menyebut serangan-serangan itu sebagai bentuk “balas dendam brutal” yang melanggar prinsip kemanusiaan.

Bahkan, pasukan Israel dilaporkan menggunakan amunisi udara berat untuk menggempur kawasan pemukiman sipil di Gaza City dan Khan Younis.

Pemerintah Israel berdalih bahwa operasi udara di Gaza dilakukan karena pasukan mereka diserang oleh kelompok Hamas di kota selatan Rafah.

Baca juga : Ini Tanggapan Israel Usai Enam Atlet Senamnya Ditolak Bertanding di Indonesia

Namun, pihak Hamas membantah tuduhan tersebut dan menegaskan komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui bersama.

Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan pada 10 Oktober, berdasarkan rencana bertahap Presiden AS Donald Trump.

Tahap awal mencakup pembebasan sandera Israel dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina, disusul agenda rekonstruksi Gaza dan pembentukan pemerintahan baru tanpa Hamas.

Namun, pelanggaran berulang oleh Israel dalam beberapa hari terakhir mengancam seluruh kesepakatan damai tersebut.

Sejumlah pengamat menilai, tindakan Netanyahu lebih bersifat politik domestik, bertujuan mempertahankan dukungan kelompok sayap kanan yang menolak kompromi dengan Palestina.

Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan, sejak perang dimulai pada Oktober 2023, sedikitnya 68.200 warga Palestina tewas dan lebih dari 170.200 lainnya luka-luka.

Baca juga : Survei Poltracking: 81,5% Masyarakat Percaya Pemerintahan Prabowo–Gibran di Tahun Pertama

Banyak korban masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat bombardir udara Israel.

Pengakuan Netanyahu tentang serangan 153 ton bom di Gaza menegaskan bahwa gencatan senjata hanyalah formalitas politik, bukan komitmen damai.

Sementara dunia menyerukan penghentian agresi, Israel justru kembali memamerkan kekuatan militernya—meninggalkan pertanyaan besar:

Apakah perdamaian di Gaza benar-benar masih mungkin?***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post