Ratusan Siswa SMPN 1 Cisarua Keracunan MBG, Daging Ayam Diduga Penyebab
By Shandi March
15 Oct 2025
.png)
Sebanyak 132 siswa SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (14/10). (X@bandungbergerak)
LBJ - Sebanyak 132 siswa SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (14/10).
Kepala dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panyandaan, Setia Wiguna M, akhirnya buka suara terkait proses produksi makanan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa dapurnya memang beroperasi sejak malam hari untuk mengejar jadwal pengiriman makanan ke sekolah-sekolah.
Baca juga : Program MBG Bermasalah, Dua Cucu Mahfud MD Ikut Jadi Korban Keracunan
“Dapur kami masak itu di jam 11 malam, dan kenapa jam 11 malam itu karena kami mengejar waktu sampai di jam 3 subuh, kemudian dengan proses pengemasan di jam 4. Jadi jadinya itu nunggu sejam untuk pendinginan,” ujar Setia di Posko SMPN 1 Cisarua, Selasa (14/10) malam.
Menurut Setia, dapur SPPG melayani ribuan porsi setiap hari dengan dukungan beberapa pemasok bahan makanan. “Untuk hari ini di 3.649,” ungkapnya.
Setia mengaku pihaknya tengah melakukan evaluasi terhadap bahan baku, khususnya daging ayam yang digunakan pada hari kejadian. Ia menegaskan bahwa saat penerimaan barang, semua bahan dalam kondisi baik dan segar.
“Untuk daging ayam itu sebenarnya masih evaluasi kami. Tapi pada saat barang datang itu bagus, fresh. Dan pengelolaan persiapan itu juga masih bagus juga. Karena saya sendiri juga mengecek tengah malam. Kan kita juga di lapangan tadi juga mengecek terkait kondisi daging ayam dan memang sangat bau gitu,” jelasnya.
Baca juga :Distribusi MBG Kini Libatkan Guru, Insentif Rp100 Ribu per Hari
Ia menambahkan, pihak dapur selalu berusaha menjaga kualitas bahan sebelum diolah.
“Untuk bahan baku sendiri, apalagi daging kan saya sangat susah. Itu saya mau yang paling kualitas, yang paling bagus dan tidak bau pada saat datang. Jadi untuk pengolahan pun kami langsung dibersihkan, tidak tunggu dulu,” ujar Setia.
Fakta lain yang mencuat, dapur SPPG Panyandaan ternyata belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) meskipun sudah beroperasi sejak Februari 2024. Setia mengaku pelatihan untuk sertifikasi baru dijadwalkan pada akhir Oktober.
“Untuk sertifikat itu kami sudah suruh dijadwalkan tanggal 21 Oktober (baru pelatihannya),” ungkapnya.
Adapun menu yang didistribusikan ke sekolah pada hari kejadian meliputi nasi putih, ayam black pepper, tahu goreng, tumis brokoli, dan buah melon. Menu itu disinyalir menjadi penyebab utama munculnya gejala mual, muntah, dan pusing pada ratusan siswa.
Menanggapi peristiwa ini, Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail langsung turun tangan. Ia menegaskan bahwa kejadian di Cisarua merupakan kasus kedua setelah insiden serupa terjadi di Kecamatan Cipongkor dengan korban lebih dari seribu orang.
Baca juga :Kasus Keracunan MBG Capai 8 Ribu Anak, JPPI Desak Evaluasi Total
“Saat ini saya belum memutuskan untuk memiliki status KLB. Karena memang pemulihan ini lebih cepat dari yang di Cipongkor. Yang pasti fokus kami dari Pemda ya penanganan pasien itu yang paling utama buat kami,” tegas Jeje di Posko SMPN 1 Cisarua.
Bupati juga menyebut dapur penyedia MBG di Cisarua kemungkinan akan dihentikan sementara hingga hasil penyelidikan selesai.
“Ini saya belum ngecek langsung ke lokasi. Saya pengen juga kesana supaya lebih tahu dapurnya seperti apa. Yang pasti mungkin di-stop dulu dapurnya,” katanya.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini