×
image

Ngaku Disekap Calo ABK, Tiga Pemuda asal Majalengka Nekat Kabur Lewat Kali

  • image
  • By Shandi March

  • 07 Aug 2025

Lokasi yang diduga menjadi mess ABK yang menjadi tempat penyekapan calon ABK kapal di Blok B Muara Baru Penjaringan. (Dokumentasi Pribadi)

Lokasi yang diduga menjadi mess ABK yang menjadi tempat penyekapan calon ABK kapal di Blok B Muara Baru Penjaringan. (Dokumentasi Pribadi)


LBJ – Tiga pemuda asal Majalengka, Jawa Barat, mengaku jadi korban penyekapan setelah melamar kerja sebagai anak buah kapal (ABK) di Jakarta. Mereka tergiur iklan lowongan kerja bergaji Rp6 juta yang beredar di Facebook, tapi justru berakhir di mess sempit yang dijaga ketat oleh pria-pria bercelurit di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.

Peristiwa ini terjadi awal Agustus 2025 dan baru terungkap setelah ketiganya—RA (20), AS (18), dan RH (20)—berhasil kabur dari tempat mereka ditahan dan meminta pertolongan warga setempat.

Ketiganya datang ke Jakarta setelah tertarik dengan tawaran kerja sebagai ABK dengan gaji Rp6 juta dan kontrak kerja selama 4 bulan. Tawaran itu disebar oleh calo melalui Facebook. RA, salah satu korban, mengaku nekat ikut karena lelah bekerja sebagai pengamen di kampung halamannya.

Baca juga : 5 Pemuda Ditangkap Gegara Akali Promo Judol, Polisi Bantah Laporan dari Bandar

“Awalnya, dari Facebook diajak sama teman, diajak katanya mau ikut enggak kerja di Jakarta jadi ABK di Muara Baru, kontrak empat bulan,” ujar RA, Kamis (7/8).

Namun begitu sampai di mess sempit berukuran 3 meter di kawasan Muara Baru, mereka langsung bergabung dengan 12 calon ABK lainnya. Di sinilah penyekapan dimulai.

"Waktu pertama datang itu sih 15 orang di kamar," kata dia.

RA dan kawan-kawan tidak diperbolehkan keluar bebas. Bahkan saat ingin ke warung, mereka diawasi ketat oleh empat orang penjaga yang selalu membawa celurit.

“Disekapnya di mes, enggak boleh keluar, ke warung aja diikutin. Kurang lebih empat hari disekap,” jelas RA.

Baca juga :Diperiksa KPK, Eks Menag Yaqut Bungkam soal Dugaan Korupsi Kuota Haji 2024

Selama penyekapan, mereka juga mulai disuruh menyiapkan perbekalan kapal tanpa kejelasan kontrak kerja. RH, yang penasaran, sempat bertanya ke salah satu ABK senior tentang durasi kerja yang sebenarnya.

“Pas di kapal, saya tanya 'Bang ini kontrak yang berapa bulan?' Ternyata dia bilang ini kontrak yang satu tahun,” ungkap RH kaget.

Tak hanya kontrak yang tidak sesuai, mereka juga mendapat informasi mengejutkan: gaji Rp6 juta akan dipotong Rp3 juta untuk jasa calo. Sisanya digunakan membeli alat pancing sendiri seharga Rp6 juta. Jika tidak jadi melaut, mereka harus membayar denda Rp2 juta.

“Jadi, dia (ABK) di atas kapal itu bilang, enggak tahu kalian pulang bisa bawa duit atau enggak karena kan buat beli alat pancing aja masih kurang Rp3 juta,” lanjut RH.

Baca juga :Lisa Mariana Jalani Tes DNA di Bareskrim, Harap Tak Ada Rekayasa Tes DNA Soal Anak

Tak kuat dengan tekanan dan manipulasi, ketiganya memutuskan kabur dari mess yang terletak di sekitar Waduk Pluit. Karena pintu depan dijaga, mereka memilih jalur ekstrem—berenang menembus kali hingga mencapai bangunan di sisi waduk.

Di sanalah mereka bertemu Hindun, Wakil Ketua RT 19 RW 17 Muara Baru, yang tengah duduk di dekat lokasi.

Teriakan minta tolong dari dalam air membuat Hindun terkejut, lalu memanggil warga untuk membantu menarik ketiganya naik ke darat.

“Wakil Ketua RT memanggil pemuda setempat untuk membantu kami naik ke daratan,” kata salah satu korban.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post