×
image

Sekolah Elite di Bekasi Lumpuh Setelah Guru Kompak Resign Massal

  • image
  • By Shandi March

  • 18 Jun 2025

Ilustrasi. Sekolah Elite di Bekasi Lumpuh Setelah Guru Kompak Resign Massal. (Foto:Freepik)

Ilustrasi. Sekolah Elite di Bekasi Lumpuh Setelah Guru Kompak Resign Massal. (Foto:Freepik)


LBJ - Sekolah swasta elite di kawasan Bekasi Utara, Jawa Barat, mendadak berhenti beroperasi. Bukan karena bangkrut, tapi karena para gurunya serempak resign/mengundurkan diri. Mereka tak tahan diperlakukan seperti asisten rumah tangga oleh pihak yayasan. Kejadian ini memicu kegemparan di kalangan wali murid, termasuk kemarahan dan rencana pelaporan ke polisi.

Peristiwa ini terjadi di sebuah sekolah swasta yang berlokasi di Jalan Baru Perjuangan, RT 04 RW 11, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara. Para guru terakhir kali mengajar pada Jumat, 13 Juni 2025, dan sejak itu semua aktivitas pembelajaran terhenti.

“Kami mengajar terakhir itu hari Jumat (13/6), tapi harusnya di minggu ini tetap masuk. Tapi karena ada kejadian tersebut (dugaan perlakuan tidak pantas), kami semua memutuskan berhenti,” jelas Salsabila Syafwani, salah satu guru, Senin (16/6).

Baca juga : Bahar bin Smith Mengamuk di Polres Tangsel, Dua Adiknya Jadi Korban Cabul dan Penusukan

Salsabila menyebut mereka tidak sekadar mundur, tapi sudah menandatangani surat resmi bermaterai bersama kepala yayasan. Namun yang membuat situasi semakin pelik, yayasan tidak menginformasikan hal ini ke para orangtua siswa.

Para wali murid pun jadi korban dari kekacauan ini. Mereka tak menerima pengumuman resmi soal penghentian kegiatan belajar mengajar. Banyak dari mereka tetap mengantar anak ke sekolah, hanya untuk menemukan gerbang digembok.

Salah satunya adalah Nurhaliza (33). Ia mengaku bingung dan kecewa ketika mendapati sekolah anaknya tutup tanpa kabar apa pun.

“Maksudnya sia-sia waktu saya, kenapa gini, harusnya kan di WhatsApp (WA) saya kalau misalnya emang tidak ada progres lagi sekolahnya,” ungkap Nurhaliza di depan sekolah, Senin (16/6).

Baca juga : Polisi Gerebek Ruko Kosambi yang Disulap Jadi Kasino Tersembunyi di Jantung Kota Bandung

Nurhaliza sebelumnya menerima email yang menyuruh anaknya hadir untuk ujian susulan, karena sempat sakit minggu lalu. Namun sesampainya di lokasi, pagar terkunci dan tak ada seorang pun di dalam.

"Minggu lalu anak saya sakit, jadi tidak masuk, Minggu lalu sempat ujian, nah disuruh susulan ujian hari ini, tapi ya gitu digembok (Sekolahnya) tidak bisa masuk, padahal udah pakaian lengkap anak saya," jelasnya.

Padahal ia telah membayar biaya “Activity Fee” hingga Rp5,5 juta untuk kelas Nursery, termasuk janji fasilitas konseling psikolog yang tak pernah terealisasi.

“Jadi saya selama anak saya sekolah di sini tidak pernah ketemu psikolog,” ucapnya kecewa.

Wali murid lainnya, Benny Sugeng Waluyo (42), mengaku merasa tertipu. Ia memasukkan anaknya yang berkebutuhan khusus (ABK) ke sekolah ini karena dijanjikan sistem pembelajaran inklusif, lengkap dengan psikolog dan pendamping kelas.

Baca juga : Polemik 4 Pulau Aceh-Sumut Berakhir Damai, Bobby Nasution Minta Laporan Penghina Istri dan Mertua Dihentikan

Namun selama anaknya bersekolah, janji itu tak pernah ditepati.

“Bilangnya setiap anak saya belajar di sini, nantinya ada pendamping di kelas, tapi waktu kami cek saat belajar mengajar tidak ada yang mendampingi,” kata Sugeng, Minggu (15/6/2025).

Sugeng bahkan sudah membayar Rp1 juta setiap tiga bulan untuk layanan tersebut. Kini, bersama wali murid lain, ia berencana melaporkan sekolah ke polisi setelah somasi tak digubris.

Cerita di balik mundurnya para guru cukup memprihatinkan. Mereka mengaku sering diminta melakukan pekerjaan di luar tanggung jawab sebagai tenaga pendidik.

Anisa Dwi Zahra, salah satu guru, pernah disuruh membeli ayam goreng ke Jatiasih meski banyak penjual di dekat sekolah.

Baca juga : Pendaki Nekat ke Puncak Merapi Viral di TikTok Disanksi Bersih-bersih 3 Bulan

"Saya juga pernah disuruh membeli ayam fried chicken jauh-jauh ke Jatiasih sedangkan fried chicken di sekitar sini (Bekasi Utara) kan juga ada, saya sudah komplain, kenapa harus beli jauh-jauh, terus dari pihak yayasan tidak tahu alesannya apa, akhirnya saya jalan," kata Anisa, Senin (16/6).

Sementara itu, Raihan Tri Wahyudi, staf bagian edukasi, mengaku setiap hari harus mampir ke rumah pemilik yayasan untuk mengantar anak-anaknya ke sekolah, les, hingga belanja.

“Untuk biaya tambahan saya cuma dapat gaji selama kerja di kantor sebagai staff education tapi saya bekerja kebanyakan di rumah beliau (pemilik yayasan),” ucap Raihan.

Tak Ada Komunikasi, Email Sekolah Diambil Alih Yayasan

Setelah para guru resign, mereka kehilangan akses komunikasi dengan orangtua murid. Yayasan mengganti password akun email resmi sekolah, sehingga informasi tidak bisa diteruskan.

“Kami juga sudah kehilangan akses untuk memberitahukan informasi kepada orangtua murid, jadi kami tidak tahu-menahu lagi untuk memberitahukan hal tertentu kepada parents,” ujar Salsabila.

Baca juga : Pabrik Narkoba Happy Water di Apartemen Cengkareng Terbongkar, Polisi Selidiki Jaringan

Kini para wali murid hanya bisa berharap kejelasan. Sebagian menuntut pengembalian uang pangkal yang mencapai jutaan rupiah. Sementara pihak sekolah dan yayasan hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post