×
image

Iran Peringatkan AS: Jika Diserang, Tak Ada Pilihan Selain Senjata Nuklir

  • image
  • By Shandi March

  • 02 Apr 2025

Salah satu senjata nuklir Iran yang siap untuk melawan Amerika. (X@profOnline)

Salah satu senjata nuklir Iran yang siap untuk melawan Amerika. (X@profOnline)


LBJ - Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) kembali meningkat setelah pernyataan keras dari Ali Larijani, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Larijani menegaskan bahwa jika Iran menghadapi serangan militer, mereka tidak akan memiliki pilihan lain selain mengembangkan senjata nuklir sebagai bentuk pertahanan.

Pernyataan ini disampaikan sebagai respons terhadap ancaman Presiden AS Donald Trump yang memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi serangan udara jika menolak kesepakatan nuklir baru.

"Kami tidak bergerak menuju senjata nuklir, tetapi jika Anda (AS dan sekutunya) melakukan kesalahan dalam masalah nuklir Iran, Anda akan memaksa Iran untuk mengambil langkah tersebut demi membela diri," ujar Larijani, sebagaimana dikutip dari Newsweek, Rabu (2/4).

Ketegangan antara kedua negara semakin meningkat setelah kebijakan tekanan maksimum yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.

Baca juga : Amerika Serikat Raup Keuntungan Besar dari Perang Gaza

Sanksi berat telah diberlakukan dengan tujuan melemahkan ekonomi Iran dan menghentikan program nuklirnya. Meskipun Iran berkali-kali membantah keinginan mereka untuk memiliki senjata nuklir, ancaman terbaru ini bisa menjadi indikasi potensi eskalasi lebih lanjut.

Ancaman Trump

Dalam wawancara dengan NBC, Donald Trump memperingatkan bahwa "akan ada pemboman" jika Iran menolak perjanjian nuklir baru.

Selain itu, Trump juga mengancam untuk menerapkan tarif sekunder terhadap Iran yang dapat semakin memperburuk krisis ekonomi negara tersebut.

Ancaman ini langsung ditanggapi oleh Ayatollah Ali Khamenei yang menegaskan bahwa Iran siap membalas jika AS benar-benar melakukan tindakan militer.

Baca juga : Amerika Setujui Penjualan Senjata Senilai $8 Miliar ke Israel

"Mereka mengancam akan melakukan kekacauan. Jika itu terjadi, mereka pasti akan menerima balasan yang kuat," kata Khamenei.

Negosiasi Diplomasi Masih Terbuka?

Meskipun situasi semakin memanas, ada tanda-tanda bahwa jalur diplomasi belum sepenuhnya tertutup.

Bulan lalu, Trump dilaporkan mengirim surat kepada Khamenei untuk mengusulkan negosiasi nuklir, sekaligus memperingatkan kemungkinan tindakan militer.

Iran mengonfirmasi bahwa mereka telah membalas surat tersebut melalui Oman, tetapi menegaskan bahwa negosiasi langsung tidak mungkin terjadi selama AS masih memberlakukan sanksi berat.

Selain itu, Kementerian Luar Negeri Iran juga memanggil kuasa usaha Kedutaan Swiss—yang mewakili kepentingan AS di Teheran—sebagai bentuk protes atas ancaman Trump.

Ketegangan ini memicu kekhawatiran dari para pengamat internasional. Trita Parsi, Wakil Presiden Eksekutif Quincy Institute for Responsible Statecraft, menyebut situasi ini berbahaya jika kedua pihak tidak mengadopsi pendekatan yang lebih realistis.

Baca juga :Amerika Serikat Veto Resolusi Gencatan Senjata Gaza di DK PBB

"Perang kata-kata antara Washington dan Teheran semakin memanas, dengan Trump mengancam pemboman skala penuh dan Teheran memperingatkan balasan cepat. Kedua pihak sebenarnya tidak menginginkan perang, dan tampaknya mereka melihat ini sebagai bagian dari strategi negosiasi. Namun, tanpa sikap yang lebih fleksibel dan tanpa mengesampingkan pendekatan maksimalis, retorika yang meningkat ini bisa menjebak mereka dalam perang yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak," ujar Parsi.

Dengan eskalasi yang terus terjadi, komunitas internasional kini menanti langkah selanjutnya dari AS dan Iran, apakah mereka akan memilih jalur diplomasi atau terjebak dalam konflik berskala besar.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post