×
image

Kisah Pilu Warga Gaza Pulang ke Rumah Tanpa Orang-Orang Tercinta

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 07 Feb 2025

Tidak hanya rumah tinggal yang hancur, banyak warga kehilangan keluarga yang dicintainya. (foto X/@VividProwess)

Tidak hanya rumah tinggal yang hancur, banyak warga kehilangan keluarga yang dicintainya. (foto X/@VividProwess)


LBJ - Ratusan ribu warga Palestina kembali ke Gaza utara setelah berbulan-bulan mengungsi akibat perang yang berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Namun, bagi banyak dari mereka, kepulangan ini bukanlah momen bahagia, melainkan perjalanan yang penuh duka. Salah satunya adalah Aya Hassouna, seorang ibu muda yang harus pulang ke rumah tanpa suami dan kedua anaknya.

Tragedi yang Merenggut Keluarga Aya

Aya Hassouna, seorang wanita bertubuh kurus dengan wajah yang pucat, mengingat momen tragis yang merenggut seluruh keluarganya.

Pada tanggal 9 Agustus, saat suaminya Abdullah dan kedua anak mereka, Hamza (4 tahun) dan Raghad (2 tahun), bersiap pergi ke pantai untuk melarikan diri dari kengerian perang sehari-hari, sebuah serangan Israel menghantam mereka.

Baca juga: Arab Saudi Tolak Rencana Trump Ambil Alih Gaza, Komitmen dukung Negara Palestina

Ledakan dahsyat mengubah hari yang seharusnya menjadi kenangan bahagia menjadi tragedi.

“Sejak saat itu, aku berusaha untuk tetap kuat,” ungkap Aya, dengan mata yang merah dan suara penuh kesedihan.

Saat kembali ke daerah as-Saftawi di Kota Gaza, ia membawa pakaian suami dan anak-anaknya—sebuah simbol kenangan akan keluarga kecilnya yang telah tiada.

“Kesedihan menggerogoti hatiku. Aku melihat keluarga-keluarga berjalan bersama, sedangkan aku sendirian,” ujarnya.

Kepulangan yang Mengingatkan pada Luka Lama

Aya tidak sendiri dalam duka mendalam ini. Ribuan keluarga Palestina mengalami hal serupa—kembali ke rumah yang hancur, tanpa orang-orang yang mereka cintai. Berdasarkan laporan, lebih dari 61.700 warga Palestina tewas selama perang, termasuk lebih dari 17.400 anak-anak.

Baca juga: Pejabat PBB Kecam Rencana Pemindahan Warga Gaza oleh Donald Trump

Aya tiba di rumah keluarganya, namun kesedihan akan kehilangan suami dan anak-anaknya terus menghantuinya. Saat memeriksa puing-puing rumah lamanya, ia mencari barang-barang lama yang bisa menjadi pengingat akan keluarganya.

“Aku merasa seolah-olah sedang mencari mereka di antara puing-puing ini,” tambahnya dengan penuh kepedihan.

Kisah Jawaher Shabeer: Kehilangan Putra Sulung yang Berbakti

Seperti Aya, Jawaher Shabeer juga merasakan luka mendalam akibat perang. Putra sulungnya, Walid (26 tahun), meninggal saat mencoba mencari pekerjaan untuk membantu keluarganya yang kesulitan selama masa perang.

Jawaher mengenang bagaimana Walid pergi meninggalkan tenda mereka di Rafah untuk bekerja dan berjanji akan kembali membawa okra untuk dimasak. Namun, ia tidak pernah kembali.

Baca juga: Warga Gaza Marah atas Pernyataan Donald Trump: Kami Tidak Akan Pergi

Walid ditembak mati oleh tentara Israel di Khan Younis.

“Bagaimana saya bisa kembali ke Kota Gaza tanpa dia?” tanya Jawaher, suaranya dipenuhi kesedihan.

Sebelum kembali ke Gaza utara, ia menyempatkan diri mengunjungi makam Walid untuk terakhir kalinya.

Konteks Konflik yang Berlarut-Larut

Konflik antara Israel dan Palestina, yang telah berlangsung selama puluhan tahun, terus meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat sipil, khususnya di Gaza. Dalam setiap serangan, korban jiwa yang berjatuhan sering kali berasal dari kalangan perempuan dan anak-anak. Gencatan senjata yang berlaku baru-baru ini memberikan kesempatan bagi sebagian warga untuk kembali ke rumah, tetapi trauma dan kehilangan yang mereka alami sulit untuk dihilangkan.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post