Bayi Kembar Meninggal Akibat Cuaca Dingin dan Kondisi Tenda yang Tidak Layak
By Cecep Mahmud
31 Dec 2024

Bayi baru lahir akhinya tidak bisa bertahan hidup setelah tinggal dalam tenda yang tidak memadai selama 20 hari. (X/@AbujomaaGaza)
LBJ - Dua bayi kembar di Gaza meninggal akibat cuaca dingin ekstrem dan kondisi pengungsian yang tidak memadai. Keluarga mereka, yang hidup di tenda darurat, tak mampu melindungi bayi-bayi tersebut dari hawa dingin yang menusuk. Tragedi ini menambah daftar panjang korban jiwa di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza.
Dengan mata berkaca-kaca, Yahia al-Batran, seorang pengungsi Palestina dari Deir al-Balah, Gaza tengah, menatap jenazah putranya yang baru lahir, Ali, yang meninggal pada Senin. Bayi berusia 21 hari itu meninggal akibat cuaca dingin ekstrem dan kurangnya perlindungan memadai di tenda darurat keluarga mereka.
Tragedi ini semakin menyayat hati karena hanya dua hari sebelumnya, saudara kembar Ali, Jomaa, juga meninggal dengan penyebab serupa.
"Hanya dalam beberapa hari, saya kehilangan bayi kembar saya karena cuaca dingin yang parah. Saya tidak dapat memberikan kehangatan bagi mereka, atau bahkan bagi anak-anak saya yang masih hidup," kata Yahia al-Batran dengan suara penuh duka.
Baca juga: Tragedi Rumah Sakit Kamal Adwan: Dunia Internasional Diam di Tengah Derita Gaza
Di tenda sempit yang ditempati bersama delapan anggota keluarganya, Yahia mengandalkan empat selimut tipis untuk melawan suhu dingin yang menusuk di malam hari. Kondisi ini jauh dari cukup untuk melindungi bayi-bayi yang rentan terhadap hipotermia.
"Kedua anakku meninggal satu per satu di depan mataku, dan aku bahkan tidak mampu melindungi mereka," tambah Yahia sambil menggenggam pakaian tipis milik anak-anaknya.
Tidak hanya Yahia yang mengalami tragedi ini. Di Khan Younis, Gaza selatan, Mahmoud Al-Fasih juga berduka atas kematian putrinya yang baru berusia tiga minggu, Sila.
"Istri saya membangunkan saya di malam hari, dengan wajah penuh ketakutan, memberi tahu bahwa Sila tidak sehat. Wajahnya pucat, hampir membiru, dan tubuhnya gemetar hebat," kenang Mahmoud.
Baca juga: Direktur RS Kamal Adwan, Abu Safia, Diduga Ditahan di Fasilitas Penyiksaan Israel
Pasangan ini mencoba segala cara untuk menghangatkan bayi kecil mereka. Mahmoud mendekap Sila di dadanya, sementara sang istri berulang kali menyusui. Namun, upaya itu tidak berhasil. Saat fajar tiba, Mahmoud membawa putrinya ke Rumah Sakit Nasser, tetapi nyawanya tidak tertolong.
"Begitu tiba di rumah sakit, dokter memberi tahu saya bahwa Sila sudah meninggal dalam perjalanan," ujar Mahmoud lirih.
Ayed al-Farra, direktur unit neonatal di Rumah Sakit Nasser, mengatakan bahwa pihaknya menerima lima hingga enam kasus hipotermia pada bayi baru lahir setiap hari.
"Alasan utama masalah ini adalah kondisi tenda yang tidak cocok untuk menghadapi cuaca dingin ekstrem. Suhu di dalam tenda bisa sangat rendah di malam hari," jelas al-Farra.
Di tengah kondisi ini, Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), turut angkat suara.
"Bayi-bayi Gaza kedinginan hingga meninggal karena cuaca dingin dan kurangnya tempat berlindung. Sementara itu, selimut, kasur, dan perlengkapan musim dingin lainnya telah tertahan di wilayah tersebut selama berbulan-bulan sambil menunggu persetujuan untuk masuk ke Gaza," ujar Lazzarini melalui platform media sosial X.
Baca juga: Israel Bom UGD RS Kamal Adwan: Nyawa Pasien Terancam
Ia menegaskan perlunya gencatan senjata segera agar bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dapat mengalir ke wilayah Gaza.
Tragedi yang menimpa keluarga Yahia al-Batran dan Mahmoud Al-Fasih hanya sebagian kecil dari penderitaan yang dialami warga Gaza. Gelombang dingin yang ekstrem semakin memperburuk situasi para pengungsi yang tinggal di tenda-tenda darurat.
Tanpa akses ke selimut tebal, pakaian hangat, dan pemanas ruangan, bayi dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan.
"Hujan lebat dan suhu dingin diperkirakan akan terus berlanjut. Ini menimbulkan ancaman besar bagi kehidupan para pengungsi yang sudah menderita akibat kejahatan pendudukan Israel," tulis laporan dari kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas.
Tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya perhatian dunia terhadap situasi di Gaza. Bantuan kemanusiaan harus segera diberikan, dan blokade terhadap perlengkapan musim dingin harus diakhiri.
Setiap menit yang berlalu tanpa tindakan nyata berarti semakin banyak nyawa yang terancam. Gaza membutuhkan dunia untuk bertindak, bukan hanya berbicara.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini