Mentan Amran Bongkar Mafia Beras, Maju Tak Gentar Meski Diintimidasi
By Shandi March
04 Jul 2025
. (X@kementan).jpeg)
Mentan Andi Amran Sulaiman menegaskan dirinya tidak akan mundur selangkah pun meski menghadapi intimidasi dari pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kecurangan tata niaga beras. (X@kementan)
LBJ – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan dirinya tidak akan mundur selangkah pun meski menghadapi intimidasi dari pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kecurangan tata niaga beras. Ia menyebut upaya pemberantasan mafia pangan ini merupakan mandat langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Amran mengungkapkan bahwa beberapa pihak sempat memperingatkannya agar berhati-hati dalam mengungkap praktik curang tersebut. Namun, ia menolak gentar.
“Saya bilang ini perintah Bapak Presiden untuk selesaikan yang korupsi dan mafia diberesin. Saya bilang, siap Bapak Presiden, akhirnya kami tindak lanjuti,” kata Amran di Jakarta, Jumat (4/7).
Langkah Mentan Amran bukan tanpa risiko. Ia mengaku mulai mendapat tekanan, bahkan serangan dari pihak-pihak yang merasa terganggu kepentingannya. Namun ia tetap bersikukuh, bahwa keberpihakan kepada petani dan rakyat kecil tak boleh diganggu.
Baca juga : Artis Sinetron MR Diduga Peras Pasangan Sesama Jenis, Uangnya untuk Biaya Hidup
“Kami tidak peduli yang penting kami di posisi membela rakyat Indonesia, membela petani Indonesia, membela yang ada di level bawah. Kami siap segala risiko, kami siap tanggung," ucapnya saat peringatan Hari Krida Pertanian ke-53, Senin (30/6).
Kementerian Pertanian bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Satgas Pangan, Kepolisian, dan Kejaksaan melakukan investigasi besar terhadap distribusi beras komersial. Hasilnya mengejutkan: dari 212 merek beras yang diuji, mayoritas ditemukan tidak sesuai standar.
Dari 136 sampel beras premium, sebanyak 85,56 persen tidak sesuai ketentuan, 59,78 persen dijual melebihi HET, dan 21,66 persen tidak sesuai berat kemasan. Sementara itu, dari 76 merek beras medium, ditemukan 88,24 persen tak sesuai mutu, 95,12 persen melewati HET, dan 9,38 persen menyalahi berat kemasan.
Stok Berlimpah, Harga Tetap Tinggi
Menurut Amran, produksi padi Indonesia saat ini mencapai titik tertinggi dalam 57 tahun terakhir, yaitu 4,2 juta ton. Namun, di tengah stok berlimpah, harga di pasar tetap melambung. Ketidakwajaran ini menjadi indikator kuat adanya praktik curang di rantai distribusi.
Baca juga : Modus Polisi Gadungan, Dua Pria Tipu Korban COD dan Gasak 17 Motor di Palmerah
Amran mengenang masa kecilnya saat harus makan beras dicampur pisang karena harga beras saat itu tak terjangkau. Kenangan ini membuatnya bertekad agar tidak ada lagi rakyat Indonesia yang mengalami kondisi serupa.
“Kami pernah makan beras dicampur dengan pisang. Karena beras mahal pada saat itu. Kami pernah merasakan, kami tidak ingin terulang hal yang tidak baik untuk saudara-saudara kita seluruh Indonesia,” tegasnya.
Selain menumpas mafia pangan, Amran menyebut dirinya punya mimpi besar menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Langkah strategis seperti hilirisasi sektor hortikultura dan perkebunan terus ia dorong untuk mendongkrak kemandirian pangan nasional.
Kepada para pelaku kecurangan, Amran memberi sinyal keras bahwa pemerintah tidak akan mentolerir praktik yang merugikan petani dan rakyat kecil. Ia menyebut pemberantasan mafia pangan akan terus berlanjut tanpa pandang bulu.
“Tidak boleh kita biarkan, aku tahu ini risikonya besar, kami mulai diserang. Tidak masalah, jiwa ragaku untuk Merah Putih, kami siap untuk Merah Putih," ujar Amran mantap.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini