×
image

Ketua MA Sunarto Sentil Para Hakim Baru: Antara Stiker Mobil, Rayuan Jabatan, dan Godaan Diskotek

  • image
  • By Shandi March

  • 14 Jun 2025

Ketua MA Sunarto. (Dok. YouTube Setpres)

Ketua MA Sunarto. (Dok. YouTube Setpres)


LBJ – Ketua Mahkamah Agung (MA), Sunarto, memberikan serangkaian pesan menohok yang disebutnya sebagai 'sentilan' kepada para hakim yang baru saja dilantik. Dalam sesi pembinaan di sebuah hotel kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Jumat (13/6), Sunarto secara blak-blakan menyoroti berbagai aspek integritas dan etika yang harus dijaga oleh seorang hakim, mulai dari kebiasaan pamer jabatan hingga godaan gaya hidup hedonis.

Sunarto memulai sentilannya dengan menyoroti integritas dalam urusan kenaikan jabatan. Ia secara tegas melarang kebiasaan 'sowan' atau mendekati atasan demi mendapatkan posisi.

"Jangan ketuk pintu pimpinan, tapi ketuklah pintu langit. Gampang kalau ingin jadi pejabat sekarang," kata Sunarto, menekankan pentingnya meritokrasi dan rezeki Ilahi.

Ia menilai kebiasaan sering 'sowan' dengan membawa 'oleh-oleh' adalah hal yang tidak baik. Sunarto meyakini, hakim yang berprestasi pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal tanpa perlu melobi.

Baca juga : Dugaan Korupsi Rp8,3 Triliun di PT Pupuk Indonesia, Kejagung Diminta Periksa Dirut Rahmad Pribadi

"Sekali lagi saya ingatkan, jangan sering datang ngetuk pintu pimpinan. Bawa oleh-oleh, bawa apa. Pimpinan sudah lebih dari cukup. Saudara masih akan naik kalau kita sudah naik," ucap Sunarto. Ia menambahkan, "Nggak perlu ngetuk pintu pimpinan. Kalau Tuhan menghendaki jadi Ketua Mahkamah Agung, jadi."

Menurutnya, kunci kenaikan jabatan terletak pada kinerja, pengembangan ilmu, dan integritas.

"Modalnya adalah selalu meningkatkan intelektualitasnya. Ada kesempatan belajar, belajar. Yang kedua, meningkatkan skill, kemampuan. Yang ketiga, integritas dijaga. Yang keempat, yang paling penting dan amat penting sekali lagi, deketlah dengan yang punya kehidupan ini," jelas Sunarto, memberikan resep menjadi hakim berintegritas.

Larangan Pamer Jabatan dan Godaan Materialisme

Sunarto juga mewanti-wanti para hakim baru untuk tidak hidup bermewah-mewahan atau memamerkan jabatannya di hadapan publik. Baginya, integritas jabatan adalah yang utama, dan hakim harus menjalani hidup sederhana.

"Nanti kalau ada kesempatan punya mobil, jangan ditempel stiker hakim-hakim. Kaca depan hakim, samping hakim, belakang hakim. Jabatan saudara tidak perlu dipamerkan, tapi perlu dinikmatin oleh semua pihak, termasuk diri saudara. Kalau dipamerkan, berisiko," tegasnya.

Baca juga : Kisah Mukjizat Ramesh, Satu-satunya Penumpang Selamat Tragedi Air India

Ia mengaku tak ingin mendengar ada hakim yang memanfaatkan jabatannya untuk lolos dari hukuman, bahkan untuk pelanggaran lalu lintas.

"Ada tahu para pihak yang berperkara, baru pakai motor, apa, Mio, kanan-kiri stiker hakim, biar polisi tidak menangkap. Tidak boleh. Tidak boleh," ungkap Sunarto, menekankan bahwa jabatan hakim itu harus disembunyikan.

"Orang akan mencari saudara. Tidak usah saudara kampanye. Saudara dicari. Betul ini dicari oleh semua pihak," sambungnya.

Selain itu, Sunarto juga menyoroti godaan materi. Ia menggambarkan situasi di mana hakim bisa saja ditawari uang puluhan juta hingga miliaran rupiah, jauh melampaui gaji mereka. Godaan ini, kata Sunarto, bisa semakin kuat karena dorongan dari diri sendiri atau orang terdekat seperti pasangan, anak, atau keluarga.

Baca juga : Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Air India Melonjak Jadi 260 Jiwa, Menimpa Asrama Medis

"Pak, anak kita ini lho, Pak, sakit. Ini operasi lagi'. Mudah-mudahan tidak terjadi," ujarnya, menunjukkan empati namun tetap mengingatkan akan bahaya godaan tersebut.

Jaga Sikap, Penampilan, dan Marwah "Wakil Tuhan"

Sentilan terakhir Sunarto berfokus pada pentingnya menjaga sikap dan penampilan. Ia mengingatkan bahwa ada sanksi tegas jika hakim tidak menjaga marwahnya. "Ingat, ini pilihan saudara sendiri. Kalau saudara bebas mau ke karaoke, mau ke diskotek silakan. Tapi usia jabatan saudara insyaallah tidak akan panjang," ujar Sunarto, menekankan konsekuensi dari gaya hidup yang tidak pantas.

Menurutnya, menjadi hakim berarti siap dengan ketidakbebasan. Integritas harus dijaga, apalagi hakim sering disebut sebagai 'wakil Tuhan'.

"Saudara pegang palu demi keadilan, demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mengatasnamakan Tuhan. Jangan diganti demi keadilan berdasarkan keuangan yang maha kuasa," jelasnya.

karena dorongan dari diri sendiri atau orang terdekat seperti pasangan, anak, atau keluarga.

Baca juga :Polda Jatim Bongkar Jaringan Gay Daring Beranggota Belasan Ribu

Sunarto juga meminta hakim untuk berpenampilan pantas.

"Jangan seenaknya, yang perempuan pakai daster ke pasar, pakai sepeda motor. Yang laki-laki, lagi musim, pakai celana pendek, makan di luar tidak pantas sebagai seorang hakim, wakil Tuhan makan di warung kopi, pakai celana pendek, pakai kaus oblong, belum mandi lagi," ungkapnya.

"Ini penting, benar jangan sampai terjadi, Bapak-Ibu sekalian jaga marwahnya. Berubah keluar rumah pakai baju yang pantas tidak mesti mewah, tapi yang pantas tidak mesti mahal, tapi yang layak itu saya minta," tegasnya.

Pesan-pesan Ketua MA ini menjadi pengingat serius bagi seluruh hakim, khususnya yang baru dilantik, tentang beratnya amanah yang mereka emban dan pentingnya menjaga integritas serta martabat profesi.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post