×
image

Perangkap Maut Distribusi Bantuan di Gaza: Lebih dari 30 Warga Palestina Tewas

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 02 Jun 2025

Warga Palestina berkumpul ditempat distribusi bantuan yang dikoordinir oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). (tangkap layar X/IsraelWarRoom)

Warga Palestina berkumpul ditempat distribusi bantuan yang dikoordinir oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). (tangkap layar X/IsraelWarRoom)


LBJ - Sedikitnya 32 warga Palestina tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka dalam dua insiden penembakan terpisah di lokasi distribusi bantuan di Jalur Gaza pada Minggu pagi. Tragedi ini memperburuk krisis kemanusiaan yang mendalam dan memicu kecaman internasional atas "perangkap maut" yang menimpa warga sipil yang kelaparan.

Insiden pertama terjadi di Rafah, Gaza selatan, di mana tank-tank Israel menembaki ribuan warga sipil yang berkumpul untuk mendapatkan makanan. Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan 31 orang tewas dalam serangan ini.

Tak lama setelah itu, satu orang lainnya tewas dalam penembakan di titik distribusi serupa di selatan Koridor Netzarim, Kota Gaza.

Bantuan yang didistribusikan berasal dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah kelompok kontroversial yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat. GHF baru menyelesaikan minggu pertama operasi di wilayah kantong tersebut.

Baca juga: AS Tolak Gencatan Senjata Permanen Hamas di Gaza

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok bantuan lainnya telah menolak bekerja sama dengan GHF, menuduhnya kurang netral dan dibentuk untuk memuluskan tujuan militer Israel di Gaza.

Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, menyatakan keprihatinannya.

"Distribusi bantuan telah menjadi perangkap maut," kata Lazzarini pada Minggu.

Pernyataannya menggarisbawahi bahaya yang dihadapi warga sipil dalam mencari bantuan.

Militer Israel (IDF) membantah tuduhan penembakan tersebut. Dalam sebuah pernyataan, IDF menyebut laporan mengenai penembakan warga sipil sebagai "laporan palsu".

Penyelidikan awal IDF menunjukkan bahwa pasukannya tidak menembaki warga sipil "di dekat atau di dalam lokasi distribusi bantuan kemanusiaan."

GHF sendiri juga menolak laporan puluhan korban tewas, menggambarkannya sebagai "laporan palsu tentang kematian, cedera massal, dan kekacauan."

Sebelumnya, GHF mengakui bahwa tentara Israel melepaskan "tembakan peringatan" saat warga Palestina berkumpul.

Baca juga: Israel Tegaskan Niat Dirikan Negara Yahudi di Tepi Barat

Namun, kesaksian Ibrahim Abu Saoud, seorang saksi mata di Rafah, bertentangan dengan klaim tersebut. Abu Saoud mengatakan kepada The Associated Press bahwa pasukan Israel menembaki orang-orang saat mereka mendekati titik distribusi.

Ia menyaksikan banyak orang dengan luka tembak, termasuk seorang pemuda yang meninggal di tempat kejadian.

Hind Khoudary dari Al Jazeera melaporkan dari Deir el-Balah bahwa warga Palestina tewas "karena menginginkan satu makanan untuk anak-anak mereka."

Ia menambahkan bahwa warga Palestina tidak punya pilihan lain, meskipun mengetahui titik-titik distribusi tersebut kontroversial. Paket makanan yang dibagikan pun sangat minim, tidak cukup untuk satu keluarga.

Kantor Media Pemerintah Gaza mengecam insiden tersebut, menyebut lokasi distribusi GHF sebagai "perangkap kematian massal."

Mereka menuduh Israel menggunakan bantuan sebagai "alat perang" untuk memeras warga sipil yang kelaparan. Ini adalah penggunaan bantuan yang sistematis dan jahat, mereka menambahkan.

Bassam Zaqout dari Masyarakat Bantuan Medis Palestina menyoroti perubahan mekanisme distribusi bantuan di Gaza. Ia mengatakan, 400 titik distribusi sebelumnya kini diganti hanya dengan empat titik.

"Ada berbagai agenda tersembunyi dalam mekanisme penyaluran bantuan ini," kata Zaqout dilansir Al Jazeera.

Pembunuhan pada hari Minggu ini menambah daftar panjang korban dalam seminggu pertama operasi GHF. Dua penembakan sebelumnya di Rafah dan sebelah barat kota telah menewaskan sembilan warga Palestina.

Insiden ini terjadi saat bantuan vital baru mulai mengalir ke Gaza setelah Israel mencabut sebagian blokade total selama lebih dari dua bulan.

Sementara itu, Hamas menyatakan kesiapannya untuk segera memulai putaran baru perundingan gencatan senjata di Gaza. Pernyataan ini muncul setelah perundingan sebelumnya menemui jalan buntu.

Namun, Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan dia telah memerintahkan tentara "untuk terus maju di Gaza melawan semua target, terlepas dari adanya negosiasi apa pun.”***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post