×
image

Israel Serang Sekolah Pengungsian di Gaza, Puluhan Tewas Termasuk Anak-anak

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 27 May 2025

Seorang anak perempuan terperangkap dalam kobaran api di sekolah Fahmi al-Jarjawi yang dibom pasukan Israel. (tangkap layar)

Seorang anak perempuan terperangkap dalam kobaran api di sekolah Fahmi al-Jarjawi yang dibom pasukan Israel. (tangkap layar)


LBJ - Lebih dari 50 orang tewas di Jalur Gaza sejak Senin pagi. Serangan Israel ini termasuk menewaskan 36 orang di sebuah sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan. Insiden tersebut terjadi saat orang-orang sedang tidur, menyebabkan barang-barang mereka terbakar. Demikian laporan pejabat kesehatan setempat.

Serangan menargetkan Sekolah Fahmi al-Jarjawi di lingkungan Daraj, Kota Gaza. Peristiwa ini juga melukai puluhan orang, menurut Fahmy Awad, Kepala Layanan Darurat Kementerian Kesehatan Gaza.

Awad menambahkan bahwa seorang ayah dan lima anaknya termasuk di antara korban tewas. Rumah sakit al-Shifa dan al-Ahli di Kota Gaza mengonfirmasi jumlah korban keseluruhan.

Awad mengatakan sekolah tersebut dihantam tiga kali saat penghuninya sedang tidur. Rekaman yang beredar di internet memperlihatkan petugas penyelamat berjuang memadamkan api dan menemukan sisa-sisa bangunan yang hangus.

Baca juga: Kerusakan Lahan Pertanian Gaza Capai Lebih dari 80%, Ancaman Kelaparan Meningkat

Juru bicara Pertahanan Sipil Palestina, Mahmoud Basal, mengatakan kepada AFP bahwa sekolah itu menampung "ratusan" orang. Ia menambahkan bahwa sebagian besar korban tewas adalah anak-anak dan perempuan.

Militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan pusat komando dan kontrol di dalam sekolah yang digunakan Hamas dan Jihad Islam Palestina. Mereka mengklaim kelompok bersenjata itu mengumpulkan intelijen untuk melakukan serangan.

Israel menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil, menuduh kelompok bersenjata itu beroperasi di daerah pemukiman.

Seorang warga bernama Ahed Sameeh menceritakan kemeja kaosnya berlumuran darah putrinya yang berusia tiga tahun. Ia menggendong putrinya di pundaknya saat kejadian.

Baca juga: Hong Kong Tawarkan Suaka Akademik bagi Mahasiswa Harvard Korban Kebijakan Trump

"Tengkoraknya retak," kata Sameeh.

"Kami hanyalah warga sipil yang tidak berdaya dan damai. Kami tidak ada hubungannya dengan para pejuang dan senjata."

Bushra Rajab teringat ia terbangun "dengan suara orang-orang berteriak dan panik" setelah mendengar sesuatu yang terdengar "seperti ledakan besar."

"Banyak orang tewas dan banyak yang terluka. Beberapa yang tewas adalah keluarga saya," katanya.

"Terlalu banyak orang yang terluka sehingga ambulans tidak dapat menjangkaunya. Sisa-sisa jasad berserakan di mana-mana."

Hukum humaniter internasional melarang serangan terhadap infrastruktur sipil, termasuk sekolah. Namun, selama 19 bulan konflik di Gaza, Israel berulang kali membombardir sekolah.

Sebagian besar sekolah tersebut kini digunakan sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang mengungsi. Setidaknya 50 orang tewas akibat bom dan serangan artileri pada November 2023 di Sekolah al-Buraq di Kota Gaza.

Di Sekolah al-Tabin di dekatnya, lebih dari 100 orang tewas saat mereka berkumpul untuk salat subuh pada bulan Agustus.

Di tempat lain pada hari Senin, serangan terhadap sebuah rumah di Jabalia, Gaza utara, menewaskan 16 anggota keluarga yang sama. Korban termasuk lima wanita dan dua anak-anak, menurut Rumah Sakit al-Shifa yang menerima jenazah tersebut.

Sementara itu, militer Israel mengatakan tiga proyektil ditembakkan dari Gaza ke Israel selatan. Dua mendarat di Gaza dan satu dicegat oleh sistem pertahanan rudal Israel. Pejuang di Gaza masih sesekali menembakkan roket ke Israel.

Baca juga: Spanyol Desak Sanksi untuk Israel, Dorong Penghentian Perang

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan minggu lalu bahwa Israel akan melancarkan kampanye militer intensif hingga menguasai seluruh Gaza. Hal ini terjadi meskipun ada tekanan internasional yang meningkat agar Israel mencabut blokade pasokan bantuan. Peringatan akan datangnya bencana kelaparan pun telah dikeluarkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada hari Senin bahwa sebagian besar persediaan peralatan medis telah habis di Gaza. Selain itu, 42% obat-obatan dasar, termasuk obat penghilang rasa sakit, kehabisan stok.

Hanan Balkhy, Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur, mengatakan kepada wartawan di Jenewa: "Kita berada pada stok nol mendekati 64 persen peralatan medis dan stok nol 43 persen obat-obatan esensial dan 42 persen vaksin."

Balkhy menambahkan bahwa WHO memiliki 51 truk bantuan yang menunggu di perbatasan Gaza, namun belum diizinkan masuk. Israel minggu lalu sedikit melonggarkan blokade total terhadap bantuan yang diberlakukan awal Maret.

"Dapatkah Anda membayangkan seorang dokter bedah [memperbaiki] tulang yang patah tanpa anestesi? Cairan infus, jarum suntik, perban – semuanya tidak tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan," katanya. Ia juga menyebutkan bahwa obat-obatan dasar seperti antibiotik, obat pereda nyeri, dan obat untuk penyakit kronis jumlahnya terbatas.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post