Israel Terus Kepung dan Bunuh Warga Gaza yang Kelaparan
By Cecep Mahmud
12 May 2025

Israel melakukan pengeboman terhadap kamp pengungsi yang tengah didera kelaparan akibat blokade bantuan kemanusiaan. (tangkap layar Al Jazeera)
LBJ - Militer Israel dilaporkan terus melakukan pengepungan dan serangan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa di kalangan warga sipil Gaza. Sedikitnya 13 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, tewas dalam serangkaian serangan terbaru. Situasi ini terjadi di tengah blokade berkepanjangan yang menyebabkan krisis kemanusiaan semakin parah di wilayah kantong tersebut.
Menurut laporan, tiga warga Palestina tewas akibat serangan pesawat tak berawak terhadap sebuah kendaraan. Dua orang lainnya dilaporkan tewas dalam pemboman di dekat menara perumahan di sebelah barat Khan Younis, Gaza selatan.
Di wilayah utara, tepatnya di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, dua orang tewas akibat penembakan artileri ke sebuah rumah. Jenazah seorang pria juga ditemukan di dekat kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah setelah serangan udara Israel sehari sebelumnya. Militer Israel juga menargetkan gedung Universitas Islam di Khan Younis.
Serangan-serangan ini terjadi ketika Jalur Gaza telah mengalami blokade selama 70 hari. Akibat blokade tersebut, pasokan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar tidak dapat masuk ke wilayah tersebut. Dua juta tiga ratus ribu penduduk Gaza kini berjuang dengan persediaan yang semakin menipis.
Baca juga: Perpecahan Israel, Netanyahu Dituduh Utamakan Kepentingan Pribadi
Dapur-dapur amal yang menjadi tumpuan harapan warga secara bertahap terpaksa ditutup karena kehabisan makanan. Kelaparan dilaporkan semakin meluas di kalangan penduduk.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengeluarkan peringatan mengenai dampak jangka panjang blokade ini.
"UNRWA memiliki ribuan truk yang siap masuk dan tim kami di Gaza siap untuk meningkatkan pengiriman," demikian pernyataan organisasi tersebut pada hari Minggu.
UNRWA menekankan bahwa semakin lama blokade berlanjut, semakin besar kerusakan yang tidak dapat diperbaiki akan dialami oleh warga Palestina.
Hamas mengecam tindakan Israel sebagai "kejahatan yang kompleks". Kabinet keamanan Israel dilaporkan telah menyetujui rencana untuk menduduki Jalur Gaza sepenuhnya.
Rencana tersebut juga mencakup pemindahan massal warga Palestina dan pengambilalihan distribusi bantuan kemanusiaan di masa depan. Israel mengusulkan pembentukan zona militer khusus untuk tujuan distribusi bantuan.
Tim Negara Kemanusiaan, sebuah forum yang terdiri dari badan-badan PBB, menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait rencana Israel. Mereka memperingatkan bahwa rencana tersebut berbahaya dan melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan mendasar.
Tim tersebut menilai rencana itu dirancang untuk memperkuat kontrol atas barang-barang kebutuhan hidup sebagai taktik tekanan dan bagian dari strategi militer.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menyatakan bahwa negaranya akan menerima mekanisme baru dari Amerika Serikat terkait pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Baca juga: Prabowo Belum Pertimbangkan Perppu Perampasan Aset, Pilih Komunikasi dengan DPR
Sebuah kelompok kontraktor keamanan Amerika, mantan perwira militer, dan pejabat bantuan kemanusiaan mengusulkan untuk mengambil alih distribusi bantuan di Gaza. Rencana mereka meniru usulan Israel dan dikritik karena mengabaikan peran PBB serta kelompok bantuan yang memiliki keahlian dalam penyaluran bantuan.
Selain itu, rencana tersebut hanya menciptakan empat titik distribusi yang berpotensi memaksa sejumlah besar warga Palestina melakukan perjalanan jauh ke Gaza selatan.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa setidaknya 52.829 warga Palestina telah tewas dan 119.554 lainnya terluka akibat serangan militer Israel sejak 7 Oktober 2023.
Serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan yang menyebabkan sekitar 1.139 kematian dan lebih dari 200 orang disandera ke Gaza.
Paus Leo XIV, dalam berkat Minggu pertamanya sejak terpilih, menyerukan gencatan senjata segera di Gaza. Beliau juga menekankan pentingnya masuknya bantuan kemanusiaan dan pembebasan semua tahanan.
Di tengah situasi yang genting, militer Israel dilaporkan berencana untuk mengintensifkan pendudukan daratnya di Gaza. Brigade Pasukan Terjun Payung ditarik dari operasi di Suriah untuk dikerahkan kembali ke Gaza.
Sebelumnya, Brigade Nahal juga ditarik dari Tepi Barat yang diduduki. Langkah ini disebut sebagai upaya Israel untuk "menaklukkan" Gaza.
Namun, ribuan tentara cadangan Israel dan anggota badan militer serta keamanan lainnya, bersama dengan ribuan warga Israel yang berdemonstrasi, menyerukan diakhirinya perang dan pembebasan semua tawanan. Untuk meredakan ketidakpuasan di kalangan tentara, pemerintah Israel menyetujui "rencana manfaat komprehensif" senilai sekitar 3 miliar shekel ($838 juta) bagi para prajurit cadangan.
Militer Israel menyambut baik rencana tersebut dan menyebutnya sebagai cerminan dari "kontribusi luar biasa" para prajurit.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan melakukan lawatan ke Timur Tengah minggu ini. Laporan menyebutkan adanya perbedaan pendapat antara Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait perang di Gaza dan strategi terhadap Iran.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini