Kabinet Israel Ajukan Mosi Tidak Percaya terhadap Jaksa Agung
By Cecep Mahmud
24 Mar 2025

Warga Israel memprotes keputusan Netanyahu memecat Kepala Shin Bet, Ronen Bar, dan Jaksa Agung Gali Baharav-Miara. (foto X/@USA4ILDemocracy)
LBJ - Pemerintah Israel pada Minggu (23/3) mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap Jaksa Agung Gali Baharav-Miara. Langkah ini menandai eskalasi konflik antara pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan lembaga peradilan negara itu.
Mosi tidak percaya terhadap Jaksa Agung Gali Baharav-Miara disampaikan oleh Menteri Kehakiman Israel. Baharav-Miara dituduh melakukan “perilaku tidak pantas” serta memiliki “perbedaan pendapat substansial” yang menghambat kolaborasi efektif antara pemerintah dan otoritas hukum.
Namun, sang jaksa agung yang tidak hadir dalam rapat kabinet, membantah tuduhan tersebut. Ia menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk "memperoleh kekuasaan tanpa batas" dan "melemahkan cabang yudikatif".
Dalam surat resmi yang dikirim ke kabinet sebelum pemungutan suara, Baharav-Miara memperingatkan bahwa mosi ini bertujuan untuk meningkatkan kesetiaan pribadi terhadap pemerintah, bukan menjaga supremasi hukum.
Baca juga: Korban Tewas di Gaza Tembus 50.000 Jiwa, Israel Targetkan Warga Sipil
Pemungutan suara tersebut belum langsung berdampak pada posisinya sebagai jaksa agung. Sebuah komite independen akan meninjau bukti, mendengarkan argumen, dan mengadakan sidang untuk menentukan nasib akhir Baharav-Miara. Jika komite tidak mendukung pemecatannya, Mahkamah Agung Israel masih dapat memblokir keputusan tersebut.
Langkah ini terjadi hanya dua hari setelah pemerintah Israel mencoba memecat kepala badan intelijen dalam negeri, Shin Bet, Ronen Bar. Namun, Mahkamah Agung dengan cepat membekukan keputusan itu.
Protes Publik dan Tuduhan Politisasi
Keputusan pemerintah terhadap Baharav-Miara dan Ronen Bar memicu gelombang protes besar di Yerusalem. Ribuan warga turun ke jalan mengecam tindakan tersebut sebagai ancaman serius terhadap demokrasi dan supremasi hukum di Israel.
Para pengunjuk rasa menganggap tindakan pemerintah sebagai upaya menyingkirkan suara-suara yang kritis terhadap Netanyahu, terutama menjelang sidang kesaksian penting yang akan dihadiri Ronen Bar pada 8 April mendatang.
Perdana Menteri Netanyahu mengklaim bahwa pemecatan Bar didasarkan pada “kurangnya kepercayaan yang berkelanjutan”.
Baca juga: Pemimpin Senior Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Gaza Selatan
Namun para kritikus menyebut alasan tersebut sebagai dalih untuk menghindari pertanggungjawaban atas kegagalan intelijen yang memungkinkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023—hari paling mematikan dalam sejarah Israel.
Ronen Bar sebelumnya menyampaikan bahwa pemecatannya merupakan bagian dari upaya menghalangi “pencarian kebenaran” mengenai kelalaian pemerintah sebelum serangan tersebut.
Shin Bet bahkan merilis laporan internal yang mengakui kegagalan mereka mencegah serangan, dan secara tersirat mengkritik Netanyahu karena turut menciptakan kondisi yang memungkinkan serangan terjadi.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini