×
image

Korban Tewas di Gaza Tembus 50.000 Jiwa, Israel Targetkan Warga Sipil

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 24 Mar 2025

Warga Rafah kembali terusir dari tempat mereka tinggal akibat serang Israel. (tangkap layar/@erlanishere)

Warga Rafah kembali terusir dari tempat mereka tinggal akibat serang Israel. (tangkap layar/@erlanishere)


LBJ - Jumlah warga Palestina yang tewas sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada Oktober 2023 telah melampaui 50.000 jiwa. Angka ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Gaza pada Minggu (23/3), menyusul serangan intensif Israel yang terus berlangsung hingga saat ini.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa sebanyak 50.021 warga Palestina tewas dan 113.274 lainnya terluka sejak Israel memulai agresi militernya pada 7 Oktober 2023.

Serangan itu merupakan respons atas serangan awal yang dipimpin kelompok Hamas ke wilayah Israel selatan, yang menewaskan 1.139 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya.

Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah. Pada Minggu malam, pasukan Israel menyerang gedung bedah di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, menyebabkan kebakaran besar di salah satu rumah sakit terbesar di Gaza.

Baca juga: Pemimpin Senior Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Gaza Selatan

Militer Israel dan badan intelijen Shin Bet mengonfirmasi serangan tersebut. Mereka mengklaim menargetkan anggota Hamas “utama” yang diduga bersembunyi di rumah sakit tersebut.

Dilansir Al Jazeera, sedikitnya 46 warga Palestina tewas akibat serangan hari itu, sebagian besar di Khan Younis dan Rafah, wilayah Gaza selatan.

Perang kembali berkobar setelah Israel menolak memasuki fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata yang disepakati bersama Hamas pada Januari. Fase kedua seharusnya mencakup penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Selama fase pertama, yang dimulai pada 19 Januari dan mencakup pembebasan tawanan, Israel tetap melakukan serangan dan membunuh lebih dari 150 warga Palestina.

Al Jazeera, melaporkan dari Gaza bahwa jumlah korban tewas ini merupakan “tonggak sejarah yang sangat suram dan mengerikan.”

Baca juga: Israel Hancurkan Rumah Sakit Kanker Satu-Satunya di Gaza

Selain itu bahwa angka tersebut hanyalah “perkiraan konservatif” karena banyak korban yang belum terdata secara resmi.

“Lebih dari 50.000 korban itu termasuk 17.000 anak-anak. Satu generasi telah musnah,” ujar Mahmoud.

Menurutnya, kehilangan ini akan berdampak besar terhadap masa depan politik, ekonomi, dan intelektual masyarakat Palestina.

Data ini tidak mencakup lebih dari 11.000 orang yang masih hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan. Sebuah studi dalam jurnal Lancet memperkirakan jumlah kematian sebenarnya dapat melebihi 186.000 jiwa jika menghitung dampak kumulatif perang.

Israel Dituding Serang Warga Sipil

Meski Israel terus menyatakan bahwa serangannya menargetkan militan Hamas, para analis dan kelompok HAM menyebut bukti di lapangan menunjukkan sebaliknya.

“Israel telah membuat klaim-klaim tak berdasar semacam ini selama 17 bulan terakhir,” kata Omar Rahman, peneliti dari Middle East Council on Global Affairs.

“Fakta justru menunjukkan warga sipil dan infrastruktur sipil menjadi sasaran utama.”

Baca juga: Korea Selatan Umumkan Status Bencana Nasional Setelah Kebakaran Hutan

Evakuasi Paksa dan Krisis Kemanusiaan

Di tengah meningkatnya kekerasan, Israel juga memerintahkan evakuasi paksa terhadap warga Rafah, Gaza selatan, pada Minggu. Wilayah Tal as-Sultan dilaporkan telah dikepung oleh pasukan Israel.

Militer Israel juga mengumumkan operasi baru di Beit Hanoon, Gaza utara.

Hamas menyatakan masih bersedia membebaskan sisa tawanan jika Israel bersedia melanjutkan fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata. Namun, hingga kini, Israel tetap memilih jalur militer.

Sejak Selasa lalu, lebih dari 600 warga Palestina tewas, termasuk lebih dari 200 anak-anak.

Pada hari yang sama, pejabat Hamas Salah al-Bardawil juga tewas akibat serangan Israel di Khan Younis.

Kondisi Gaza Memburuk

Gaza kini mengalami blokade total oleh Israel sejak awal Maret. Blokade ini menyebabkan krisis pangan, air, obat-obatan, dan bahan bakar.

Amnesty International mengecam pemutusan aliran listrik ke pabrik desalinasi air di Gaza sebagai tindakan “kejam dan melanggar hukum.”

Sejumlah negara termasuk Prancis, Jerman, dan Inggris telah mendesak Israel untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post