Israel dan Hamas Kembali Berunding di Doha, Gencatan Senjata Masih Rapuh
By Cecep Mahmud
10 Mar 2025

Para keluarga tawanan yang masih berada di Gaza melakukan aksi protes mendesak pemerintah agar melanjutkan ke tahap kedua, (tangkap layar X)
LBJ - Israel telah mengonfirmasi akan mengirim delegasi ke Doha, Qatar, untuk membahas perpanjangan gencatan senjata dengan Hamas. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa delegasi ini akan berangkat pada Senin untuk "memajukan negosiasi" guna mencapai kesepakatan yang lebih stabil.
Sebelumnya, tim perunding Hamas bertemu dengan pejabat Mesir di Kairo pada Sabtu untuk membahas tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata. Dalam pernyataan resminya, Hamas menegaskan bahwa mereka menginginkan kesepakatan yang telah disepakati dijalankan secara penuh.
"Delegasi menekankan perlunya mematuhi semua ketentuan perjanjian dan segera memulai negosiasi tahap kedua, membuka penyeberangan perbatasan, dan mengizinkan masuknya bahan bantuan ke Gaza tanpa batasan atau persyaratan apa pun," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Tahap Kedua Gencatan Senjata Masih Diperdebatkan
Gencatan senjata tahap pertama berakhir pada 1 Maret setelah berlangsung selama enam minggu. Dalam periode tersebut, sebanyak 25 tawanan Israel yang masih hidup dibebaskan oleh Hamas sebagai pertukaran bagi 1.800 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Baca juga: Israel Hentikan Pasokan Listrik ke Gaza, Krisis Kemanusiaan Semakin Parah
Israel ingin memperpanjang tahap pertama hingga pertengahan April, tetapi menolak untuk melanjutkan ke tahap kedua yang mencakup penghentian total perang dan penarikan penuh pasukannya dari Gaza.
Sebaliknya, Hamas menekankan bahwa kesepakatan harus berjalan sesuai rencana yang telah disetujui, termasuk peralihan ke tahap kedua yang akan membawa penghentian permanen pertempuran.
Juru bicara Hamas, Abdel Latif al-Qanoua, menyatakan bahwa terdapat "indikasi positif" mengenai dimulainya negosiasi tahap kedua.
Aksi Protes di Tel Aviv: Keluarga Tawanan Desak Kesepakatan
Di Israel, aksi protes terjadi di Tel Aviv pada Sabtu malam. Para keluarga tawanan yang masih berada di Gaza mendesak pemerintah agar melanjutkan ke tahap kedua kesepakatan guna mencegah perang kembali terjadi.
Einav Zangauker, ibu dari Matan Zangauker, seorang tawanan yang masih ditahan di Gaza, menuduh Netanyahu memanfaatkan situasi ini demi kepentingan politik.
“Perang bisa saja terjadi lagi dalam seminggu… Hanya kesepakatan yang mempertemukan mereka semua sekaligus yang akan memastikan kepulangan mereka,” katanya dalam aksi demonstrasi.
Dilansir Al Jazeera tekanan terhadap Netanyahu semakin meningkat. Banyak keluarga tawanan menuduh perdana menteri Israel sengaja memperpanjang perang demi kepentingan politiknya.
Baca juga: OKI dan Negara Eropa Dukung Rencana Rekonstruksi Gaza Senilai $53 Miliar
Serangan Berlanjut di Gaza, Korban Jiwa Bertambah
Di tengah perundingan, Israel tetap melanjutkan serangan ke Gaza. Pada Sabtu, sedikitnya tiga warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel.
Blokade terhadap bantuan kemanusiaan juga terus memperburuk situasi di Gaza. Warga mengalami kesulitan dalam mendapatkan makanan dan kebutuhan pokok, terutama di bulan suci Ramadan.
Sejak Jumat malam, wilayah Rafah menjadi sasaran serangan tank dan pesawat tak berawak Israel. Kantor berita Palestina Wafa melaporkan bahwa penembakan terjadi di beberapa wilayah pemukiman, termasuk al-Jnaina, ash-Shawka, dan Tal as-Sultan.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak 7 Oktober 2023, sedikitnya 48.453 warga Palestina telah tewas dan 111.860 lainnya terluka akibat serangan Israel.
Dengan situasi yang terus memburuk, negosiasi di Doha menjadi krusial dalam menentukan apakah gencatan senjata dapat diperpanjang atau jika konflik akan kembali meningkat.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini