Misi Militer Israel di Gaza Gagal, Panglima Baru Diresmikan
By Cecep Mahmud
06 Mar 2025

Meskipun serangan militer besar-besaran telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, Hamas masih bertahan.
LBJ - Israel mengalami ketidakpastian dalam perang di Gaza setelah pengakuan bahwa misi militernya belum mencapai tujuan utama. Eyal Zamir, mantan komandan tank, dilantik sebagai Panglima Militer baru menggantikan Letnan Jenderal Herzi Halevi, yang mengundurkan diri setelah mengakui kegagalannya dalam memimpin operasi militer di Gaza.
"Hamas memang telah mengalami pukulan berat ... tetapi Hamas belum dikalahkan. Misinya belum tercapai," kata Zamir dalam pidato pelantikannya di Tel Aviv pada Rabu.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa negaranya tetap bertekad untuk mencapai kemenangan penuh dalam perang yang telah berlangsung selama lebih dari lima bulan.
Gagalnya Misi Militer Israel
Meskipun serangan militer besar-besaran telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, Hamas masih bertahan. Pasukan Israel telah menarik diri dari beberapa posisi mereka, tetapi belum berhasil mencapai target utama, termasuk pembebasan 59 tawanan yang masih ditahan.
Baca juga: AS dan Hamas Gelar Pembicaraan Langsung di Tengah Negosiasi Gencatan Senjata
Kesepakatan gencatan senjata tahap pertama yang dimulai pada Januari memungkinkan pertukaran 33 tawanan Israel dan 5 warga Thailand dengan lebih dari 2.000 tahanan Palestina. Namun, pembicaraan mengenai fase kedua yang akan mencakup pembebasan seluruh tawanan dan penarikan penuh pasukan Israel belum dimulai.
Israel meminta perpanjangan gencatan senjata hingga April agar pembebasan tawanan yang tersisa dapat dilakukan secara bertahap. Namun, Hamas bersikeras bahwa perundingan harus mengarah pada penghentian perang secara permanen sebelum kesepakatan pembebasan lebih lanjut dapat dicapai.
Investigasi Kegagalan Militer Israel
Pelantikan Zamir dilakukan di tengah tekanan publik dan penyelidikan resmi mengenai kegagalan Israel dalam mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 1.139 orang dan menyebabkan sekitar 250 orang lainnya ditawan, menjadikannya salah satu kegagalan keamanan terbesar dalam sejarah Israel.
Baca juga: Trump Ancam Hamas dan Rakyat Gaza, Desak Pembebasan Tawanan Israel
Dalam pidato pengunduran dirinya, Halevi menekankan perlunya investigasi lebih lanjut terhadap insiden tersebut.
"Pembentukan komisi penyelidikan negara diperlukan dan penting – bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk memahami akar permasalahan dan memungkinkan perbaikan," ujarnya.
Militer Israel dan badan keamanan Shin Bet telah mengakui kegagalan mereka dalam mencegah serangan tersebut. Namun, Netanyahu sejauh ini menolak penyelidikan yang lebih luas terhadap kebijakan pemerintahannya sebelum dan selama perang.
Tuduhan Kejahatan Perang dan Tekanan Internasional
Zamir juga menghadapi tantangan dalam menanggapi tuduhan kejahatan perang terhadap pasukan Israel. Berbagai badan internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menuduh militer Israel melakukan pelanggaran HAM serius selama kampanye militer di Gaza.
Israel membantah tuduhan tersebut, tetapi telah mendakwa beberapa tentara cadangan atas pelanggaran terhadap tahanan Palestina. Di sisi lain, Israel menuduh Hamas melakukan kekejaman terhadap warga Israel selama serangan 7 Oktober, termasuk menyiksa tawanan. Hamas membantah tuduhan tersebut.
Ketiga negara Eropa—Prancis, Inggris, dan Jerman—kembali memperingatkan Israel agar tidak menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat politik. Mereka menegaskan bahwa penghentian bantuan ke Gaza dapat melanggar hukum humaniter internasional.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini