×
image

Hamas Ajukan Usulan Gencatan Senjata Permanen dan Pertukaran Tawanan

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 20 Feb 2025

Hamas mengusulkan pertukaran tawanan secara langsung sebagai bagian dari gencatan senjata permanen dan penarikan Israel dari Gaza. (foto X/@holinenergy)

Hamas mengusulkan pertukaran tawanan secara langsung sebagai bagian dari gencatan senjata permanen dan penarikan Israel dari Gaza. (foto X/@holinenergy)


LBJ - Hamas mengusulkan pembebasan seluruh tawanan yang masih berada di Jalur Gaza secara sekaligus sebagai bagian dari kesepakatan untuk mencapai gencatan senjata permanen serta penarikan penuh tentara Israel dari wilayah yang terkepung tersebut.

Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, dalam pernyataannya pada hari Rabu, menegaskan kesiapan kelompoknya untuk melanjutkan tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pertukaran tawanan.

"Kami siap untuk tahap kedua, di mana para tahanan akan dipertukarkan sekaligus, dengan kriteria tercapainya kesepakatan yang mengarah pada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh dari Jalur Gaza," ujar Qassem.

Baca juga: Serangan Militer Israel di Jenin Memaksa Ribuan Warga Palestina Mengungsi

Penolakan Hamas terhadap Syarat Israel

Hamas juga menolak tuntutan Israel untuk melucuti senjatanya dan meninggalkan Jalur Gaza.

"Syarat pendudukan untuk mengusir Hamas dari Jalur Gaza adalah perang psikologis yang tidak masuk akal, dan penarikan atau pelucutan senjata perlawanan dari Gaza tidak dapat diterima," tambah Qassem.

Hamas sebelumnya mengumumkan akan menggandakan jumlah tawanan yang dibebaskan dalam pertukaran berikutnya, dari tiga menjadi enam orang. Menurut pemimpin Hamas Khalil al-Hayya, langkah ini dilakukan sebagai upaya mempercepat implementasi tahap kedua kesepakatan.

Qassem menyatakan bahwa peningkatan jumlah tawanan yang akan dibebaskan adalah bagian dari keseriusan Hamas dalam memenuhi perjanjian.

"Penggandaan jumlah tahanan yang akan dibebaskan dilakukan sebagai respons atas permintaan mediator dan untuk membuktikan keseriusan kami dalam melaksanakan semua ketentuan perjanjian," katanya.

Baca juga: Israel Tunda Penarikan Penuh dari Lebanon, Presiden Lebanon Khawatir

Hambatan dalam Implementasi Kesepakatan

Usulan Hamas ini muncul di tengah penolakan terhadap skema pembebasan tawanan secara bertahap yang sebelumnya didukung oleh Amerika Serikat.

Sementara itu, keluarga para tawanan yang masih ditahan di Gaza mendesak agar pembebasan dilakukan sekaligus, bukan bertahap setiap minggu.

Israel masih menutup perbatasan Gaza, mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, rumah mobil, dan peralatan konstruksi yang dibutuhkan untuk rekonstruksi wilayah tersebut.

Minggu lalu, Hamas mengancam akan menunda pembebasan tawanan sebagai respons terhadap penolakan Israel untuk mengizinkan masuknya peralatan rekonstruksi.

Dampak Perang terhadap Gaza

Perang yang berkepanjangan di Gaza telah menyebabkan kerugian besar bagi warga Palestina.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas mencapai 48.291 orang, sementara 111.722 lainnya terluka.

Namun, data terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui angka korban tewas menjadi setidaknya 61.709 orang, dengan ribuan lainnya masih hilang di bawah reruntuhan.

Laporan dari Bank Dunia, PBB, dan Uni Eropa menyebutkan bahwa biaya rekonstruksi Gaza dapat mencapai $53,2 miliar, termasuk $15,2 miliar untuk perumahan.

Baca juga: Netanyahu Dukung Rencana AS untuk Gaza, Negara-Negara Arab Menolak

Tantangan dalam Negosiasi Gencatan Senjata

Analis politik senior Al Jazeera, Marwan Bishara, menyatakan bahwa tantangan terbesar bukan pada fase pertama gencatan senjata, tetapi fase kedua dan ketiga.

"Masalah bagi Israel adalah meskipun berada di posisi yang lebih unggul, mereka tidak mampu mengalahkan Hamas," katanya.

Menurut Bishara, Israel masih mengendalikan proses bantuan kemanusiaan, termasuk kapan dan ke mana bantuan dapat masuk.

Kesepakatan Gencatan Senjata Masih Rawan Dilanggar

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku sejak 19 Januari, setelah lebih dari 460 hari perang.

Sejak saat itu, Israel disebut telah beberapa kali melanggar perjanjian, dengan beberapa pejabatnya bahkan membahas kemungkinan melanjutkan serangan besar-besaran ke Gaza.

Di kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, beberapa menteri sayap kanan disebut mendorong pendudukan militer penuh di Gaza.

Sejak perjanjian gencatan senjata berlaku, total 1.135 warga Palestina telah dibebaskan dari penjara Israel. Pekan ini, Israel dijadwalkan membebaskan 502 warga Palestina lainnya.

Sementara itu, sejak 19 Januari, jumlah tawanan yang dibebaskan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina telah mencapai 25 orang.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post