Serangan Udara Israel di Lebanon Picu Ketegangan, Meski Gencatan Senjata Masih Berlaku
By Cecep Mahmud
07 Feb 2025

Serangan udara di Baalbek di Lebanon timur, serta beberapa target di wilayah Lebanon selatan pada Kamis malam sekitar pukul 10:35 waktu setempat (2035 GMT). (tangkap layar X/@EUFreeCitizen)
LBJ - Pesawat tempur Israel melancarkan sejumlah serangan udara di dataran tinggi Pegunungan Timur dan distrik Baalbek di Lebanon timur, serta beberapa target di wilayah Lebanon selatan pada Kamis malam sekitar pukul 10:35 waktu setempat (2035 GMT).
Kantor Berita Nasional (NNA) melaporkan bahwa sebelum serangan tersebut, jet-jet tempur Israel melakukan penerbangan intensif di atas kota Rashaya dan Bekaa bagian barat dengan ketinggian rendah, sementara di wilayah Hermel dan Bekaa utara, pesawat melintasi langit pada ketinggian yang lebih tinggi.
Jet tempur juga terdeteksi di atas ibu kota Beirut dan pinggirannya, memberikan tekanan psikologis tambahan bagi warga sipil yang sebelumnya telah mengalami masa-masa ketegangan akibat bentrokan lintas perbatasan yang berkepanjangan.
Baca juga: Israel Ikuti Jejak AS dalam Memboikot UNHRC
Latar Belakang Gencatan Senjata yang Rawan Pelanggaran
Serangan terbaru ini terjadi meskipun adanya perjanjian gencatan senjata yang disepakati pada 27 November 2024 antara militer Israel dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah.
Perjanjian tersebut bertujuan untuk mengakhiri lebih dari setahun bentrokan yang dipicu oleh perang di Gaza, dengan ketentuan bahwa Israel akan menarik pasukannya dari wilayah Lebanon selatan dalam waktu 60 hari, sementara tentara Lebanon akan dikerahkan di sepanjang perbatasan untuk mencegah infiltrasi senjata dan militan.
Namun, setelah periode awal gencatan senjata berakhir pada Januari 2025 tanpa adanya penarikan pasukan Israel, pemerintah sementara Lebanon menyetujui perpanjangan gencatan senjata hingga 18 Februari 2025.
Kendati demikian, insiden pelanggaran gencatan senjata, seperti serangan udara sporadis yang dilaporkan pada Kamis malam, terus terjadi.
Israel berdalih bahwa operasi militer yang dilancarkan bertujuan untuk menanggulangi “ancaman” yang ditimbulkan oleh Hizbullah, organisasi militan yang oleh Israel dianggap sebagai musuh utama di wilayah tersebut.
Baca juga: Kisah Pilu Warga Gaza Pulang ke Rumah Tanpa Orang-Orang Tercinta
Reaksi dan Dampak Serangan
Pemerintah Lebanon hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan terbaru tersebut. Namun, para analis memperingatkan bahwa pelanggaran gencatan senjata ini dapat memperburuk hubungan antara kedua belah pihak dan berpotensi memicu eskalasi konflik yang lebih besar.
Menurut beberapa sumber lokal, serangan udara di Lebanon selatan menyebabkan kerusakan infrastruktur, meski belum ada laporan korban jiwa atau luka-luka yang terkonfirmasi. Masyarakat sipil di wilayah tersebut merasa terancam oleh keberadaan militer dan serangan berulang yang mengganggu stabilitas sehari-hari.
Tanggapan Internasional dan Risiko Eskalasi
Para pengamat internasional menyoroti ketegangan ini sebagai ujian terhadap efektivitas perjanjian gencatan senjata. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya mengimbau kedua belah pihak untuk menahan diri dan mematuhi perjanjian guna mencegah konflik lebih lanjut.
Namun, pelanggaran berulang dari pihak Israel dapat memperlemah kepercayaan terhadap upaya mediasi internasional dan menciptakan krisis diplomatik baru.
Situasi ini juga memberikan tekanan bagi pemerintah sementara Lebanon yang harus berurusan dengan ketidakstabilan politik domestik dan ancaman eksternal secara bersamaan.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini