Hilang Tempat Tinggal, Ribuan Warga Gaza Menanti Bantuan Tenda Darurat
By Cecep Mahmud
04 Feb 2025

Kantor Media Pemerintah Gaza menegaskan bahwa mendapatkan tempat penampungan menjadi kebutuhan kemanusiaan yang tidak bisa ditunda. (foto X/@AbujomaaGaza)
LBJ - Ribuan keluarga di Jalur Gaza kini tidur di tempat terbuka dalam suhu yang sangat dingin. Pemerintah setempat meminta bantuan tenda sebagai kebutuhan darurat bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Pada Senin lalu, Kantor Media Pemerintah Gaza menegaskan bahwa mendapatkan tempat penampungan menjadi kebutuhan kemanusiaan yang tidak bisa ditunda.
"Ini adalah kebutuhan yang paling mendesak saat ini," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan resmi.
Setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas, ratusan ribu warga kembali ke wilayah utara Gaza. Namun, banyak yang menemukan rumah mereka telah menjadi puing-puing, terutama di Kota Gaza, Jabalia, dan Beit Hanoon.
Baca juga: Israel Hancurkan 23 Bangunan di Jenin, Palestina Kutuk Tindakan Brutal
Organisasi Amal Hashemite Yordania telah diminta untuk memasukkan tenda ke dalam pengiriman bantuan berikutnya. Bantuan ini diharapkan mampu menampung ribuan warga yang tidur di jalanan.
Namun, bantuan tersebut terhambat oleh pembatasan dari pihak Israel. Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel menunda pengiriman 60.000 trailer dan 200.000 tenda yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari lalu.
“Pendudukan Israel menimbulkan hambatan dan memperburuk penderitaan warga Gaza,” tambah pernyataan itu.
Antoine Renard dari Program Pangan Dunia menyatakan bahwa ada lonjakan bantuan ke Gaza, tetapi masih terdapat pembatasan pada barang-barang tertentu seperti tenda dan peralatan medis.
"Kita tidak bisa mengabaikan bahwa barang-barang dengan fungsi ganda juga harus masuk Gaza," ujarnya seperti yang diberitakan Reuters.
Baca juga: Israel Bebaskan 110 Tahanan Palestina, Termasuk Tokoh Perlawanan Terkenal
Presiden AS, Donald Trump, juga turut menyoroti masalah ini. Namun, usulan Trump tentang pemindahan warga Gaza mendapatkan kecaman dari negara-negara Arab, yang menyebutnya sebagai tindakan tidak manusiawi.
Dengan berakhirnya gencatan senjata awal pada 1 Maret, tahap kedua yang diharapkan membawa stabilitas belum terselesaikan. Seorang anggota parlemen Israel, Ofer Cassif, mengkritik kurangnya komitmen dari pemerintah Israel.
"Sejak awal, mereka tidak benar-benar peduli pada nyawa warga Palestina," ujarnya.
Situasi ini semakin memprihatinkan, mengingat hampir 62.000 warga Palestina tewas selama konflik sejak Oktober 2023.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini