×
image

Ben-Gvir Ancam Mundur jika Netanyahu Setuju Gencatan Senjata Gaza

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 15 Jan 2025

Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir,  mengancam akan keluar dari kabinet jika Netanyahu tandatangani kesepakatan gencatan senjata. (X/@the_raven28)

Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan keluar dari kabinet jika Netanyahu tandatangani kesepakatan gencatan senjata. (X/@the_raven28)


LBJ - Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan keluar dari kabinet pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas disetujui. Ancaman ini menjadi sorotan politik di Israel di tengah upaya mediasi internasional yang sedang berlangsung.

Ben-Gvir, politisi sayap kanan yang dikenal dengan pandangan kerasnya terhadap kelompok militan Palestina, menyatakan bahwa ia tidak akan mendukung langkah yang dianggapnya sebagai “penyerahan berbahaya” kepada Hamas. Melalui pernyataan publiknya, ia juga mengajak Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk bergabung dalam upaya menolak kesepakatan tersebut.

“Langkah ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk mencegah Israel menyerah kepada Hamas, setelah lebih dari setahun perang berdarah, di mana lebih dari 400 tentara IDF (Israel Defense Forces) gugur di Jalur Gaza, dan untuk memastikan bahwa kematian mereka tidak sia-sia,” tulis Ben-Gvir dalam cuitannya di platform X pada 14 Januari 2025.

Baca juga: Gencatan Senjata di Gaza Hampir Tuntas, Negosiasi Memasuki Tahap Akhir

Meskipun Smotrich juga menyuarakan penolakannya terhadap kesepakatan gencatan senjata, ia tidak mengancam akan keluar dari koalisi Netanyahu. Sebelumnya, Smotrich menyatakan bahwa Israel seharusnya melanjutkan kampanye militer di Gaza hingga Hamas benar-benar menyerah.

Pendekatan yang berbeda antara Ben-Gvir dan Smotrich menunjukkan adanya ketegangan di dalam kabinet, meskipun mayoritas menteri diperkirakan mendukung kesepakatan gencatan senjata yang sedang dinegosiasikan.

Kesepakatan ini dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, dengan tujuan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan. Pada Januari 2025, laporan menunjukkan bahwa kedua pihak—Israel dan Hamas—telah menerima rancangan akhir kesepakatan tersebut.

Draf kesepakatan mencakup penghentian pertempuran secara bertahap dan pertukaran sandera. Konflik yang dimulai sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ini telah menyebabkan lebih dari 1.200 orang tewas di pihak Israel, dengan lebih dari 250 orang disandera.

Di sisi lain, otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa konflik ini telah menewaskan 46.645 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Jumlah korban luka-luka mencapai lebih dari 110.000 orang.

Baca juga: Biden Sebut Gencatan Senjata di Gaza Bisa Terlaksana Minggu Ini

Ben-Gvir menilai keputusan untuk mendukung gencatan senjata sebagai langkah politik yang melemahkan posisi Israel di hadapan Hamas. Namun, ia mengakui bahwa posisinya saat ini tidak cukup kuat untuk mencegah kesepakatan tersebut.

“Tahun lalu, dengan menggunakan kekuatan politik kami, kami berhasil mencegah kesepakatan ini terus berlanjut, berkali-kali,” ujarnya.

Namun, perluasan koalisi Netanyahu melalui kehadiran Partai Harapan Baru yang dipimpin Gideon Sa’ar telah mengurangi pengaruh Ben-Gvir.

Dengan dukungan mayoritas menteri, kesepakatan ini kemungkinan besar akan berjalan. Namun, ancaman mundur dari Ben-Gvir menandai potensi ketidakstabilan politik yang lebih besar di dalam pemerintahan Netanyahu.

Gencatan senjata ini akan menjadi langkah penting dalam menentukan masa depan hubungan Israel dengan Hamas, serta bagaimana perdamaian dapat diraih di wilayah yang penuh konflik tersebut.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post