Rumah Sakit Indonesia di Gaza Lumpuh Total Akibat Serangan Israel
By Cecep Mahmud
05 Jan 2025
Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza Utara, tak lagi mampu merawat pasien akibat pengepungan dan serangan Israel yang terus berlanjut. (X/@jjjjwza/Annas Alsharif)
LBJ - Layanan medis di Rumah Sakit Indonesia, Gaza Utara, resmi terhenti akibat serangan bertubi-tubi pasukan Israel. Ribuan warga yang mencari perlindungan di fasilitas kesehatan ini kini dalam kondisi kritis tanpa akses perawatan memadai.
Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza Utara, tak lagi mampu merawat pasien akibat pengepungan dan serangan Israel yang terus berlanjut. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, rumah sakit ini tidak lagi dapat berfungsi, menyusul kerusakan parah akibat serangan militer Israel.
Serangan ini juga berdampak pada dua rumah sakit umum lainnya di Gaza Utara, yakni Rumah Sakit Kamal Adwan dan Beit Hanoon. Ketiganya kini lumpuh total dan tidak dapat memberikan layanan kesehatan.
Serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia dilakukan oleh militer Israel dengan dalih bahwa fasilitas tersebut digunakan oleh kelompok bersenjata Palestina. Namun, tuduhan ini sering kali dibantah oleh berbagai pihak, termasuk PBB.
Baca juga: Amerika Setujui Penjualan Senjata Senilai $8 Miliar ke Israel
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi tenaga medis dan pasien di fasilitas tersebut.
"Kami belum menerima pembaruan mengenai keselamatan tenaga medis yang ditahan oleh Israel," ujar Tedros.
Serangan intensif terhadap Rumah Sakit Indonesia dimulai sejak Oktober 2023. Namun, puncak serangan terjadi pada Jumat pekan lalu, saat pasukan Israel mengepung rumah sakit dan memblokir akses keluar-masuk bagi pasien serta tenaga medis.
Rumah Sakit Indonesia terletak di Beit Lahiya, bagian utara Jalur Gaza. Lokasi ini menjadi salah satu titik pengungsian utama bagi warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara Israel.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza dilakukan karena adanya aktivitas kelompok bersenjata di dalam rumah sakit.
Namun, Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, menyatakan bahwa klaim tersebut sering kali "tidak jelas dan bertentangan dengan bukti yang ada".
Baca juga: PBB Desak Bukti Tuduhan Israel Soal Rumah Sakit Gaza Markas Hamas
Volker Turk juga menekankan perlunya penyelidikan independen terhadap serangan ini.
"Tuduhan semacam itu memerlukan bukti yang kuat, bukan sekadar asumsi," tegasnya.
Kondisi di Rumah Sakit Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak pasien dalam kondisi kritis, termasuk anak-anak, tidak dapat menerima perawatan yang layak.
Menurut laporan Al Jazeera, otoritas Israel juga memblokir segala bentuk koordinasi antara staf medis dan organisasi kemanusiaan seperti Bulan Sabit Merah.
Rik Peeperkorn dari WHO mendesak Israel segera mencabut perintah evakuasi dan membuka akses bagi bantuan medis.
"Mereka berjuang untuk tetap buka. Makanan, air, dan bahan bakar menipis dengan cepat," ujarnya dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.
Selain itu, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safia, dilaporkan ditangkap oleh pasukan Israel. Hingga saat ini, keberadaannya belum diketahui.
Serangan terhadap fasilitas medis di Gaza memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Dewan Keamanan PBB telah menggelar pertemuan darurat untuk membahas isu ini.
Duta Besar Denmark untuk PBB, Christina Markus Lassen, menyoroti adanya pola sistematis dalam penargetan fasilitas kesehatan di Gaza. "Pola ini harus segera diakhiri," tegasnya.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini