×
image

Faksi Faksi Bersenjata Suriah Sepakat Membubarkan Diri

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 25 Dec 2024

Kepala pemerintahan baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, dengan perwakilan dari berbagai faksi revolusioner di Damaskus. (X/@zarrar_11PK)

Kepala pemerintahan baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, dengan perwakilan dari berbagai faksi revolusioner di Damaskus. (X/@zarrar_11PK)


LBJ - Faksi-faksi bersenjata di Suriah akhirnya sepakat untuk membubarkan diri dan bergabung di bawah naungan Kementerian Pertahanan Suriah. Kesepakatan bersejarah ini diumumkan setelah pertemuan penting antara kepala pemerintahan baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, dengan perwakilan dari berbagai faksi revolusioner di Damaskus pada Selasa (24/12).

Pertemuan tersebut dihadiri oleh sejumlah pemimpin faksi bersenjata yang sebelumnya memiliki peran signifikan dalam konflik berkepanjangan di Suriah. Foto-foto yang dirilis oleh kantor berita negara SANA menunjukkan suasana pertemuan yang berlangsung dengan serius dan penuh harapan.

Dalam konferensi pers yang digelar dua hari sebelumnya, Ahmed al-Sharaa bersama Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, sudah memberikan sinyal kuat terkait rencana ini. Al-Sharaa menegaskan bahwa era kelompok bersenjata yang terfragmentasi harus segera diakhiri demi masa depan yang stabil.

"Selama revolusi, terdapat banyak kelompok bersenjata, tetapi hal itu tidak dapat terus berlanjut dalam sebuah negara," ujar Ahmed al-Sharaa di hadapan awak media.

Baca juga: PM Lebanon Desak Israel Hentikan Pelanggaran dan Tarik Pasukan

Ahmed al-Sharaa menjelaskan bahwa dalam beberapa hari ke depan, pemerintah akan mengumumkan pembentukan Kementerian Pertahanan yang baru. Selain itu, komite pejabat militer senior juga akan dibentuk untuk memastikan integrasi faksi-faksi bersenjata berjalan lancar dan efektif.

"Setelah Kementerian Pertahanan terbentuk, kelompok-kelompok ini akan dibubarkan dan anggotanya akan diintegrasikan ke dalam angkatan bersenjata nasional," tambah al-Sharaa.

Langkah ini diharapkan dapat mengakhiri fragmentasi kekuatan militer di Suriah dan menciptakan angkatan bersenjata yang lebih terorganisir di bawah satu komando yang jelas.

Kesepakatan ini datang setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada 8 Desember lalu. Assad, yang memimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim berhasil merebut Damaskus dalam serangan kilat yang berlangsung kurang dari dua pekan.

Baca juga: Sindikat Uang Palsu UIN Makassar: 17 Tersangka Terancam Hukuman Seumur Hidup

Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memainkan peran penting dalam keberhasilan operasi militer tersebut. Penguasaan kota-kota penting oleh HTS mempercepat runtuhnya rezim Assad dan membuka jalan bagi pemerintahan baru yang dipimpin Ahmed al-Sharaa.

Kesepakatan ini mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk Turki yang sejak awal mendukung transisi kekuasaan di Suriah. Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyatakan optimismenya terhadap kesepakatan ini dan berharap proses integrasi dapat berjalan tanpa hambatan berarti.

Namun, tantangan besar masih menanti di depan. Proses integrasi ribuan anggota faksi bersenjata ke dalam angkatan bersenjata nasional bukanlah tugas yang mudah. Stabilitas politik dan keamanan juga harus dijaga selama proses ini berlangsung.

Langkah ini menandai babak baru dalam sejarah Suriah. Setelah bertahun-tahun dilanda perang saudara yang menghancurkan, harapan untuk kedamaian dan stabilitas kini semakin nyata.

Pemerintahan baru di bawah Ahmed al-Sharaa memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan kesepakatan ini diimplementasikan dengan baik.

"Selama revolusi, terdapat banyak kelompok bersenjata, tetapi hal itu tidak dapat terus berlanjut dalam sebuah negara." – Ahmed al-Sharaa.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post