Kasus Antraks Dikonfirmasi di Gunungkidul, Tiga Warga Positif
By Cecep Mahmud
09 Apr 2025

Ilustrasi antraks.
LBJ - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul mengonfirmasi adanya kasus antraks yang menjangkiti warga setempat. Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menyatakan bahwa tiga orang telah terkonfirmasi positif antraks.
Selain itu, terdapat dua kasus suspek antraks yang juga tengah dipantau. Informasi ini disampaikan melalui sambungan telepon pada Rabu (9/4/2025).
Kasus antraks pada manusia ini terungkap melalui penyelidikan kasus antraks pada hewan di wilayah Kapanewon Rongkop dan Girisubo. Petugas kesehatan menemukan luka lesi pada kulit beberapa warga saat melakukan pemeriksaan.
Luka jenis ini merupakan indikasi atau ciri-ciri penularan penyakit antraks. Meskipun menjalani rawat jalan, ketiga warga positif antraks tersebut tetap diinkubasi selama 60 hari. Masa inkubasi dapat diperpanjang dua kali jika ditemukan kasus baru.
Baca juga: Era Jokowi Perketat TKDN, Prabowo Siap Fleksibelkan Aturan Demi Daya Saing
Dinas Kesehatan Gunungkidul juga secara aktif memantau konsumsi obat pada populasi berisiko. Selain itu, tindakan profilaksis diberikan sebagai terapi perawatan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
"Semuanya melakukan perawatan di Puskesmas, dan rawat jalan," jelas Ismono.
Sebelumnya, puluhan ekor ternak dilaporkan mati di Kabupaten Gunungkidul selama periode Februari dan Maret 2025. Kematian ternak di dua lokasi, yaitu Kalurahan Tileng (Girisubo) dan Bohol (Rongkop), diduga kuat disebabkan oleh antraks.
Baca juga: Respons Vonis Koruptor Ringan, Prabowo Siap Naikkan Gaji Hakim
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengungkapkan bahwa sekitar 20-an ternak mati dalam kurun waktu dua bulan tersebut.
DPKH telah melakukan pemeriksaan sampel laboratorium, meskipun tidak untuk semua ternak yang mati. Ternak yang menunjukkan gejala mendekati antraks dikategorikan sebagai kasus antraks meskipun tidak diperiksa secara laboratorium. Wibawanti mengakui kesulitan dalam mencegah meluasnya kasus antraks.
Hal ini disebabkan sebagian besar ternak yang mati telah disembelih dan dijual dalam bentuk daging. Kemungkinan tindakan ini dilakukan peternak karena kekhawatiran akan kerugian jika tidak semua pembeli bersedia membeli ternak secara utuh.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini