KE-JKT Dorong Pelaku Kreatif Optimalkan Potensi IP Dari Karya Seni Jadi Cuan
By Shandi March
02 Aug 2025
.png)
Ilustrasi. Perlu kesadaran dari para pelaku industri kreatif di tanah air dalam mengelola potensi bisnis dari karya mereka. (Foto :Freepik)
LBJ— Komersialisasi kekayaan intelektual (Intellectual Property/IP) dinilai sebagai fondasi penting dalam membangun ekonomi kreatif yang berkelanjutan di ibu kota. Hal ini disampaikan langsung oleh Dewan Pengawas Komite Ekonomi Kreatif Jakarta (KE-JKT), Mochtar Sarman, dalam forum diskusi panel bertajuk “Governing Creativity: Jakarta’s Role in Shaping the IP Economy” yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (1/8).
Dalam paparannya, Mochtar menyoroti minimnya kesadaran pelaku industri kreatif di tanah air dalam mengelola potensi bisnis dari karya mereka.
Ia menyebut banyak pembuat film, ilustrator, pengembang gim, dan komikus yang berhenti hanya di tahap produksi—tanpa memikirkan bagaimana karya itu bisa menghasilkan nilai ekonomi.
Baca juga : Kemeriahan Festival Olahraga Rakyat Jakarta Utara 2025, Ini Daftar Pemenangnya
"Kalau kita bicara soal kekayaan intelektual, itu bisa berputar hanya kalau komersialisasinya berjalan. Kalau tidak, itu cuma jadi karya seni," ujar Mochtar.
Mochtar mencontohkan ekosistem Hollywood sebagai model sukses dalam monetisasi IP. Menurutnya, satu produk film saja bisa dikembangkan menjadi serial lanjutan, mainan, video gim, hingga wahana wisata yang menghasilkan nilai komersial besar.
Namun, lanjutnya, ekosistem semacam itu tidak akan terbangun tanpa keterlibatan serius dari banyak pihak. Ia menilai negara memiliki peran strategis dalam menjembatani para pencipta IP dengan investor, penerbit, hingga pelaku distribusi konten.
"Banyak IP yang sebenarnya bagus, tapi gagal take off karena penciptanya tidak tahu bagaimana mengelolanya secara bisnis," katanya menambahkan.
Baca juga : Operasi Gabungan Tangkap 20 Jukir Liar di Jakpus, Targetkan 8 Kecamatan
Ketua Dewan Pengawas KE-JKT, Ricky Pesik, dalam sesi yang sama, juga menyuarakan urgensi peran negara dalam mendorong perkembangan ekosistem IP nasional.
Menurutnya, pemerintah harus hadir secara aktif melalui kebijakan yang memberikan ruang serta insentif bagi para pelaku industri kreatif.
"Kita mungkin negara dengan ide terbanyak, tapi tertinggal paling jauh dalam monetisasi kekayaan budaya. Ini yang harus segera kita ubah," tutur Ricky.
Ia menekankan bahwa kekayaan budaya dan keragaman Indonesia seharusnya menjadi keunggulan dalam menciptakan produk kreatif yang unik. Namun, tanpa sistem monetisasi yang kuat, potensi tersebut hanya akan berhenti sebagai wacana.
Diskusi ini sekaligus menjadi penanda bahwa Jakarta, sebagai pusat ekonomi dan budaya, memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk masa depan industri kreatif berbasis kekayaan intelektual.
Dukungan infrastruktur, regulasi ramah inovasi, dan kolaborasi lintas sektor disebut sebagai kunci sukses menuju era ekonomi berbasis IP.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini