×
image

Cuaca Jakarta Belum Stabil, Pakar BRIN Prediksi Hujan Deras Hingga Agustus

  • image
  • By Shandi March

  • 10 Jul 2025

Pakar BRIN ungkap hujan akan masih mengguyur Jakarta hingga Agustus. (X@EYulihastin) ·

Pakar BRIN ungkap hujan akan masih mengguyur Jakarta hingga Agustus. (X@EYulihastin) ·


LBJ - Jakarta belum benar-benar memasuki musim kemarau. Meski kalender menunjukkan pertengahan tahun, langit Ibu Kota terus mendung dan hujan deras masih rutin mengguyur. Pertanyaannya, sampai kapan kondisi ini akan berlangsung?

Pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, membeberkan analisisnya terkait anomali cuaca yang saat ini terjadi di kawasan Jabodetabek. Dalam unggahan di media sosial X, Erma menjelaskan bahwa fenomena Mesoscale Convective Complex (MCC) menjadi biang keladi hujan ekstrem beberapa hari terakhir.

"Kalau pola MCC seperti ini itu memang benar-benar akan menimbulkan hujan yang ekstrem. Dan situasinya tinggi dan persisten gitu ya. Hujan deras yang lebih dari 2 jam," tulisnya, Senin (7/7).

Baca juga : Banjir 1,5 Meter di Ciledug Tangerang, BPBD Kerahkan Perahu Evakuasi

"Dan itu benar-benar terjadi selama 2 hari, menimbulkan banjir," tambahnya.

Erma juga mengingatkan bahwa kondisi ini belum akan reda dalam waktu dekat. Justru sebaliknya, potensi hujan ekstrem bisa memuncak pada dasarian ketiga Agustus, yakni sekitar tanggal 21 hingga akhir bulan.

“Saya enggak tahu ini sudah dipersiapkan atau enggak oleh pemerintah daerah masing-masing, terutama Jabodetabek. Karena ini belum selesai sampai tanggal 10-11, masih akan mengulang pola yang seperti kemarin,” tambahnya.

"Khawatir banjirnya ini meluas. Kemudian nanti Agustus itu 2 kali lipat hujan yang sekarang. Terjadi di dasarian ketiga. Dasarian ketiga itu berarti tanggal 21 sampai akhir Agustus," lanjutnya.

Baca juga : Pramono Anung Akui Tak Tidur Demi Tangani Banjir Ratusan RT di Jakarta

Dampak dari cuaca buruk ini bukan hanya genangan dan kemacetan. Erma memperingatkan bahwa jika banjir berlangsung selama seminggu, kerugian ekonomi bisa mencapai Rp2–10 triliun. Ia mendorong pemerintah daerah segera menyusun langkah mitigasi.

"Pemerintah agar bersiap dan memitigasi banjir meluas di Jabodetabek, yang berpotensi menimbulkan kerugian Rp2-10 triliun jika terjadi banjir selama seminggu. Masyarakat agar waspada, terutama yang tinggal di sekitar DAS," tulisnya dalam unggahan lainnya di Instagram.

BMKG: Indonesia Belum Benar-Benar Masuk Kemarau

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mencatat bahwa baru 30 persen wilayah Indonesia yang memasuki musim kemarau hingga akhir Juni. Angka ini jauh di bawah normalnya yang mencapai 64 persen.

Baca juga : DPR RI Desak Pemerintah Atur Medsos dan Perhatikan Kesejahteraan Jurnalis

Meski ENSO dan IOD dalam kondisi netral, BMKG mengungkapkan ada anomali curah hujan yang telah berlangsung sejak Mei dan diperkirakan masih berlanjut hingga Oktober.

Penyebab lainnya adalah Monsun Australia yang lemah, sehingga suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan memicu pertumbuhan awan hujan.

Dengan prediksi cuaca ekstrem hingga Agustus, masyarakat di Jabodetabek perlu meningkatkan kewaspadaan. Terutama bagi warga yang tinggal di bantaran sungai atau dataran rendah.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post