×
image

Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tak Sehat bagi Kelompok Sensitif

  • image
  • By Shandi March

  • 05 Jul 2025

Berdasarkan data IQAir pada Sabtu pagi (6/7), kualitas udara di ibu kota terpantau tidak sehat untuk kelompok sensitif dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai angka 172. (Foto: Pixabay).

Berdasarkan data IQAir pada Sabtu pagi (6/7), kualitas udara di ibu kota terpantau tidak sehat untuk kelompok sensitif dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai angka 172. (Foto: Pixabay).


LBJ — Udara Jakarta kembali berada dalam kondisi kurang bersahabat. Berdasarkan data IQAir pada Sabtu pagi (6/7), kualitas udara di ibu kota terpantau tidak sehat untuk kelompok sensitif dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai angka 172.

Angka tersebut menunjukkan kadar partikel halus PM2.5 berada di tingkat yang dapat membahayakan kesehatan, khususnya bagi anak-anak, lansia, dan orang-orang dengan masalah pernapasan.

Menurut klasifikasi IQAir, AQI antara 151-200 berarti udara tergolong tidak sehat untuk kelompok sensitif. Udara dalam kategori ini berpotensi merugikan manusia, hewan sensitif, bahkan tumbuhan serta berdampak pada nilai estetika lingkungan.

IQAir mengklasifikasikan kualitas udara berdasarkan kandungan PM2.5, partikel halus yang dapat masuk ke paru-paru dan aliran darah manusia. Rentangnya adalah sebagai berikut:

Baca juga : Bukan Cuma Padel, Pajak Hiburan DKI Berlaku Juga untuk Bulutangkis hingga Yoga

  • 0–50 (Baik): Aman untuk semua makhluk hidup.
  • 51–100 (Sedang): Tidak berbahaya bagi manusia, tapi berdampak kecil pada tumbuhan.
  • 101–150 (Tidak sehat untuk kelompok sensitif)
  • 151–200 (Tidak sehat)
  • 201–299 (Sangat tidak sehat)
  • 300–500 (Berbahaya): Paparan jangka pendek berisiko tinggi bagi semua kelompok.

Dengan AQI 172 pagi ini, warga Jakarta, khususnya mereka yang sensitif, disarankan membatasi aktivitas luar ruang, menggunakan masker N95, dan menutup jendela untuk mencegah masuknya udara kotor.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyatakan bahwa Pemprov DKI berkomitmen meniru sistem kota-kota besar dunia untuk meningkatkan pemantauan kualitas udara.

Baca juga :Ini Alasannya Pemprov DKI Batalkan Pawai Obor dan Car Free Night Sabtu Malam

“Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” ungkap Asep dalam keterangan tertulis, Selasa (18/3).

Penambahan sensor bertujuan menyediakan data yang lebih luas dan real-time, sehingga intervensi seperti pembatasan kendaraan atau penertiban emisi industri bisa dilakukan lebih efektif.

Menurut Asep, keterbukaan informasi mengenai kualitas udara sangat krusial untuk membangun kesadaran publik sekaligus mempermudah perumusan kebijakan.

“Penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif. Yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara,” tegasnya.

Baca juga :Kedai Seafood di Jaksel Jadi Sasaran Hipnotis WNA, Polisi Lakukan Penyelidikan

DLH menargetkan pemasangan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) di seluruh Jakarta dalam waktu dekat.

Paparan jangka panjang terhadap PM2.5 bisa meningkatkan risiko penyakit paru kronis, kanker paru, dan gangguan jantung, terutama bagi kelompok rentan. Anak-anak yang terpapar polusi dalam jangka panjang juga berisiko mengalami penurunan fungsi paru permanen.

Dengan kondisi pagi ini, warga Jakarta disarankan menjaga kesehatan dengan menghindari olahraga luar ruangan, menggunakan pembersih udara di rumah, dan mengikuti perkembangan data udara melalui aplikasi pemantau seperti IQAir atau Nafas.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post