×
image

Terbongkar! Alasan Benjamin Netanyahu Ogah Akui Palestina Meski Dikepung Kecaman Internasional

  • image
  • By Shandi March

  • 17 Jun 2025

Benjamin Netanyahu Ogah Akui Palestina Meski Dikepung Kecaman Internasional. (X@ProfOnline_id)

Benjamin Netanyahu Ogah Akui Palestina Meski Dikepung Kecaman Internasional. (X@ProfOnline_id)


LBJ – PM Benjamin Netanyahu tetap bergeming, tak gentar sedikit pun, meski rentetan serangan membabi buta Israel ke Gaza menuai kecaman keras dari penjuru dunia. Bahkan, di tengah seruan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat penangkapan atas tuduhan genosida, Netanyahu justru menggandakan intensitas perang. Mengapa ia begitu kukuh menolak mengakui Palestina dan terus memicu ketegangan? Penelusuran menunjukkan bahwa sikap Netanyahu berakar kuat pada latar belakang pribadi dan ideologi partai yang diusungnya.

Meskipun dunia internasional berulang kali mendorong solusi dua negara (Israel dan Palestina) untuk mendamaikan kawasan tersebut, gagasan untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka yang berdampingan dengan Israel tak pernah terlintas dalam benak Netanyahu. Ia bahkan dikenal sebagai sosok yang menolak mentah-mentah Perjanjian Oslo yang digagas PM Yitzak Rabin dan Yasser Arafat pada 1995 – sebuah kesepakatan yang menjadi langkah awal pengakuan negara Palestina dan mengakhiri konflik.

Dikutip dari New York Times pada tahun 2024 silam, Netanyahu dengan terus terang menyatakan kebanggaannya menolak negara Palestina.

Baca juga : Trump Sebut Iran Takkan Menang Lawan Israel, Desak Negosiasi Cepat

"Kegigihan saya itulah yang selama bertahun-tahun telah mencegah berdirinya negara Palestina yang akan menjadi bahaya eksistensial bagi Israel," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan dalam bahasa Ibrani.

"Selama saya menjadi perdana menteri, saya akan terus bersikeras pada hal ini," tambahnya.

Sikap kerasnya terhadap penolakan pendirian negara Palestina dan kecenderungannya pada konflik bisa dilacak pada masa kecil dan remaja. Netanyahu adalah satu-satunya PM Israel yang lahir di tanah Zionis tersebut. Ia menghabiskan masa kecilnya di Israel sebelum pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat.

Latar Belakang Militer dan Ideologi Konservatif Zionis

Pada tahun 1967, Netanyahu bergabung dengan angkatan udara Israel dan menjabat sebagai komandan elite. Kemudian, pada Perang Yom Kippur tahun 1973, ia ikut sebagai kombatan di medan tempur melawan Libya, Suriah, dan Mesir. Pengalaman militer ini membentuk pandangan dan karakternya.

Setelah tidak berdinas di militer, ia ditugaskan sebagai duta besar Israel untuk PBB (1984-1988). Netanyahu pertama kali terpilih sebagai PM pada 1996-1999 dari Partai Likud. Partai Likud adalah partai konservatif dan nasionalis garis keras Israel. Mengutip Britannica, saat didirikan pada tahun 1973, Partai Likud didominasi oleh blok Gahal yang terdiri dari Partai Herut (Kebebasan) dan Partai Liberal (Miflaget ha-Liberali). Herut sendiri berakar pada Zionisme Revisionis Vladimir Jabotinsky, yang populer di kalangan Yahudi Rusia pada tahun 1920-an dan 30-an. Kelompok Herut yang resmi dibentuk pada tahun 1948, bahkan pernah dituding oleh Inggris sebagai teroris.

Baca juga : Ratusan Warga Kecam Genosida Israel di Palestina dalam Aksi March to Gaza

Pada awal abad ke-21, partai tersebut secara terang-terangan mengadopsi kebijakan yang menentang pembentukan negara Palestina dalam kondisi apa pun. Tidak heran bila sikap mereka terhadap Perjanjian Oslo yang menekankan perdamaian, mereka tolak.

Saat terpilih kembali menjadi PM pada tahun 2022, Netanyahu juga menjabat sebagai ketua Partai Likud. Ia memenangkan pemilu dan berkoalisi dengan partai-partai garis keras seperti Partai Zionis Religius dan Partai Kekuatan Yahudi, yang sama-sama tidak mengakui kemerdekaan Palestina. Kala itu, banyak pengamat sudah meramalkan bahwa di bawah kepemimpinan Netanyahu, Israel akan semakin brutal, terutama dalam penanganannya terhadap Palestina.

Tidak heran, latar belakang masa muda, pengalaman bertempur, serta karier politik telah membentuk Netanyahu sebagai seorang PM yang dikenal dengan sikap agresif dan enggan mengakui Palestina sebagai negara merdeka, sebuah pendekatan yang terus memicu ketidakstabilan di kawasan tersebut.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post