Tiga Warga Palestina Tewas Saat Antri Bantuan
By Cecep Mahmud
28 May 2025

Pembagian bantuan oleh h Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), Sedikitnya tiga warga Palestina tewas dan 46 lainnya terluka pada Selasa lalu di kota selatan Rafah, Gaza. (tangkap layar Al Jazeera)
LBJ - Sedikitnya tiga warga Palestina tewas dan 46 lainnya terluka pada Selasa lalu di kota selatan Rafah, Gaza, setelah militer Israel melepaskan tembakan ke kerumunan yang bergegas menuju titik distribusi bantuan.
Insiden mematikan ini terjadi di lokasi yang didirikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah organisasi kontroversial yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat. Tujuh orang dilaporkan masih hilang pasca-kejadian.
Insiden tersebut telah memicu gelombang kritik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai kelompok bantuan internasional. Namun, Israel dan Amerika Serikat secara konsisten membela operasional GHF di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza.
Reaksi dan Bantahan dari Berbagai Pihak
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyatakan bahwa gambar dan video dari titik-titik bantuan GHF “sangat memilukan.”
Baca juga: Kisah Ward Khalil: Bocah 6 Tahun Lolos dari Neraka Gempuran Israel di Sekolah Gaza
Dujarric menekankan bahwa bantuan kemanusiaan harus didistribusikan secara aman, independen, dan imparsial, sesuai prinsip-prinsip PBB.
"Kami melihat rencana yang mereka [Yayasan Kemanusiaan Gaza] terbitkan, dan rencana itu tidak dilakukan dengan parameter yang kami rasa sesuai dengan prinsip kami," tambahnya.
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengutuk keras insiden tersebut, menyebutnya sebagai "pembantaian yang disengaja dan kejahatan perang." Mereka menuduh pasukan pendudukan Israel melepaskan tembakan langsung ke warga sipil yang kelaparan.
Kantor tersebut menambahkan bahwa kejadian ini adalah bukti kegagalan total pendudukan Israel dalam mengelola bencana kemanusiaan yang sengaja mereka ciptakan.
Pembelaan Israel dan AS
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui adanya kekacauan singkat di lokasi GHF, namun mengklaim bahwa situasi telah kembali terkendali. Ia juga menyangkal adanya bukti kekurangan gizi di Jalur Gaza.
Senada dengan itu, Departemen Luar Negeri AS, melalui juru bicaranya Tammy Bruce, meremehkan insiden tersebut dan menepis kritik sebagai "keluhan tentang gaya."
Baca juga: Kanselir Jerman Sebut Serangan Israel di Gaza Tak Lagi Perang Melawan Hamas
Bruce menyatakan bahwa bantuan dan makanan bergerak ke Gaza dalam skala besar, terlepas dari tantangan yang ada.
GHF sendiri membantah laporan tersebut, menyatakan bahwa kebutuhan di lapangan sangat besar, sehingga tim mereka mundur untuk memungkinkan sejumlah kecil warga Gaza mengambil bantuan dengan aman.
Mereka mengklaim operasional telah kembali normal dan telah mendistribusikan sekitar 8.000 kotak makanan.
Kritik dari Organisasi Kemanusiaan Internasional
Hardin Lang, wakil presiden International Rescue Committee (IRC) untuk kebijakan dan program, mengkritik inisiatif bantuan yang didukung AS-Israel. Ia berpendapat bahwa operasional tersebut dijalankan berdasarkan logika militer, bukan kemanusiaan.
"Ini bukan cara yang tepat untuk memberi makan suatu populasi, apalagi populasi yang berada di ambang kelaparan," ujarnya.
Lang menambahkan bahwa rencana tersebut tidak mencakup akses ke fasilitas medis dan pusat-pusat kekurangan gizi akut yang sangat dibutuhkan.
Senada dengan itu, Ahmed Bayram, juru bicara Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), meminta Israel dan AS untuk membatalkan inisiatif mereka. Ia mendesak agar organisasi kemanusiaan diizinkan untuk melakukan pekerjaan mereka tanpa campur tangan.
"Bantuan tidak diberikan seperti ini; bantuan tidak seharusnya didistribusikan seperti ini, apalagi jika dilakukan oleh penjajah," tegas Bayram.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini