×
image

Kepala BPOM Ungkap 17 Kasus Keracunan Pangan MBG di 10 Provinsi

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 15 May 2025

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, menyampaikan temuan terkait kejadian luar biasa keracunan pangan yang berkaitan dengan program makan bergizi gratis (MBG). (tangkap layar YT KOMISI IX)

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, menyampaikan temuan terkait kejadian luar biasa keracunan pangan yang berkaitan dengan program makan bergizi gratis (MBG). (tangkap layar YT KOMISI IX)


LBJ - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, menyampaikan temuan terkait kejadian luar biasa keracunan pangan yang berkaitan dengan program makan bergizi gratis (MBG). Sebanyak 17 kasus keracunan MBG dilaporkan terjadi di 10 provinsi di Indonesia selama periode 2025. Hal ini diungkapkan Taruna Ikrar dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025).

Taruna Ikrar menjelaskan bahwa laporan keracunan tersebut terjadi dalam rentang waktu 6 Januari hingga 12 Mei 2025.

"Kejadian luar biasa keracunan pangan pada program MBG 2025 menurut data yang kami miliki bahwa ada 17 kejadian luar biasa keracunan pangan terkait dengan MBG di 10 provinsi yang teridentifikasi dan dengan konteks tersebut, kontaminasi yang terlihat yaitu ada kontaminasi awal pangan," kata Ikrar dalam rapat.

Ia menyebutkan bahwa mayoritas kontaminasi terjadi pada bahan mentah. Selain itu, Taruna Ikrar juga menyoroti perkembangan bakteri akibat suhu dan kondisi penyimpanan makanan.

Baca juga: Komisi II DPR Tuding Bawaslu Biarkan Politik Uang di Pilkada Barito Utara

"Dengan sumber kontaminasi bahan mentah lingkungan pengelola penjamin dan kita belajar dari kondisi kejadian ini supaya berikutnya tidak terjadi lagi," ujar Ikrar.

Ia menambahkan, "Yaitu kita juga mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan akan bakteri bagi suhu, kondisi makanan, proses."

Kepala BPOM mengungkapkan bahwa dari 17 temuan kasus tersebut, diketahui beberapa makanan dimasak terlalu cepat namun distribusinya lambat. Akibatnya, makanan sampai kepada siswa dalam kondisi yang tidak segar.

"Contohnya ada beberapa makanan dimasak terlalu cepat sehingga lambat didistribusikan sehingga menimbulkan kejadian luar biasa atau poisoning pada anak-anak kita," ujar Ikrar.

Ia juga menekankan pentingnya pengendalian keamanan pangan terkait higiene dan sanitasi.

"Kemudian ada hal yang perlu kita perhatikan betul tentang kegagalan pengendalian keamanan pangan yang hubungannya dengan higienis dan sanitasi," tambahnya.

Baca juga: Prabowo Sambut Hangat PM Australia Anthony Albanese di Istana Merdeka

Taruna Ikrar menyatakan bahwa akan ada evaluasi dari pihak-pihak terkait agar kejadian serupa tidak terulang kembali. BPOM berkomitmen untuk memberikan pendampingan secara intensif.

"Nah ini perlu kami jelaskan karena sebagian mungkin dapurnya itu perlu dievaluasi perlu diperbaiki. Badan POM berkomitmen untuk memberikan pendampingan pada petugas khususnya yang berhubungan dengan dapur," imbuhnya.

Temuan ini menjadi perhatian serius dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis dan menyoroti perlunya pengawasan ketat terhadap keamanan pangan.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post