Dari Kontrakan Bambu ke Kelas Harvard: Yani Anak Penjual Nasgor Asal Ujung Kulon Tembus S2 Top Dunia
By Shandi March
23 Apr 2025

Muhamad Yani, anak seorang pedagang nasi goreng di Ujung Kulon menjadi mahasiswa S2 di Universitas Harvard. (Foto :dok. Pribadi Muhamad Yani)
LBJ – Sebuah kisah inspiratif hadir dari ujung barat Pulau Jawa. Muhamad Yani, pemuda asal Cibaliung, Ujung Kulon, Banten, kini resmi menjadi mahasiswa S2 di Universitas Harvard, kampus prestisius di Amerika Serikat. Yang membanggakan, Yani tak perlu merogoh kocek pribadi—ia berhasil mengantongi beasiswa LPDP untuk melanjutkan studi di jurusan Human Development.
Nama Yani bukan baru muncul kemarin sore. Ia dikenal di Instagram sebagai pembuat konten edukatif sekaligus pendiri Leuweung Hub Foundation, sebuah yayasan nirlaba yang telah menyentuh lebih dari 41.000 pelajar di seluruh Indonesia, terutama dalam isu pendidikan dan kesehatan mental.
Semangat Yani tak lahir dari kenyamanan. Sebaliknya, penderitaan hidup sejak kecil justru menjadi bara yang membakar tekadnya. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya berjualan nasi goreng untuk bertahan hidup.
"Aku mendapatkan sebuah pesan dari ibu aku, bahwa kamu harus sekolah, 'Cukup Ibu dan Bapak saja yang tidak sekolah. Dan kamu merasakan bagaimana hidup susah seperti ini. Mama harap kamu bisa sekolah tinggi. Kita akan bantu kamu perjuangkan hal-hal tersebut'," cerita Yani kepada detikEdu, Senin (21/4).
Baca juga : Emas Antam Tembus Rp2,1 Juta di Pegadaian, Catat Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
Tidur di Jalan, Bangkit Demi Cita-Cita
Yani mengungkap bahwa semangatnya belajar bermula dari pengalaman tragis: diusir dari kontrakan sempit yang terbuat dari bambu. Saat itu, ia dan keluarganya tidur di emperan ruko selama 10 hari.
"Terus aku tidur di jalanan bareng keluarga selama 10 hari, ngemper, ada ruko tutup, kita tinggal di sana hanya dengan berpakaian baju. Bahkan aku selalu bersyukur ketika ada orang yang datang ngasih makan atau ngajak aku beli es krim. Saat itu aku nangis banget, aku merasa, 'Ya Allah, kok hidup aku seperti ini banget ya'," kenangnya.
Muhamad Yani dan keluarganya pernah diusir dari kontrakan sempit yang terbuat dari bambu, dan kemudian tidur di emperan ruko. (Foto :dok. Pribadi Muhamad Yani)
Namun titik nadir itu menjadi titik balik. Yani berubah. Ia rajin belajar, meraih peringkat satu di sekolah, dan membuktikan bahwa kemiskinan bukan penghalang mimpi.
Selama jenjang pendidikan dari SMP, SMA hingga kuliah S1 di Universitas Udayana, Bali, Yani tak pernah mengeluarkan biaya pendidikan berkat beasiswa KIP dan kini LPDP.
Baca juga :Pemprov DKI Buka 1.100 Lowongan PPSU, Ini Tata Cara Pendaftaran Resmi Online
Sebelum menembus Harvard, Yani sempat gagal. Ia ditolak LPDP pada percobaan pertama. Parahnya lagi, ia menjalani wawancara LPDP satu jam sebelum dioperasi, setelah sebelumnya sempat dirawat karena demam berdarah.
"Di hari wawancara, aku dioperasi. Satu jam sebelum operasi, aku wawancara LPDP dulu," ujarnya.
Namun kegagalan itu tak menyurutkan langkahnya. Ia memperbaiki esai, memperdalam refleksi diri, dan menyadari bahwa studi ke luar negeri bukan sekadar gengsi, melainkan misi untuk membawa dampak nyata.
"Kayak sebenarnya aku tuh mau ngapain sih, ngambil S2 itu harusnya ngapain sih? Aku tuh kayak masih mengedepankan rasa egoku untuk studi ke luar negeri," jelas Yani.
Harvard Menyambut Anak Ujung Kulon
Pada percobaan kedua, Yani mendaftar LPDP Jalur Non-LOA dan menembus seleksi. Di saat yang sama, ia juga melamar ke Universitas Harvard—dan diterima!
Baca juga :Prabowo Kirim Utusan ke Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan
"Alhamdulillah, sudah sangat menjadi kuasa Allah, meskipun LPDP 1 gagal, kemudian aku coba LPDP 2, dengan membawa nama Harvard, tanpa LOA. Dinyatakan lolos oleh LPDP 2," katanya penuh syukur.
Kini, mimpi itu jadi nyata. Dari rumah kontrakan bambu ke ruang kuliah Harvard, perjalanan Yani menjadi simbol bahwa asal tekad bulat, langit pun bisa diraih.
Pesan Yani untuk Semua Anak Muda
Di akhir kisah, Yani berpesan agar siapa pun jangan pernah merasa kecil karena keterbatasan ekonomi.
"Selama kita memiliki keberanian dan memohon untuk mencapai mimpi, maka insya Allah apapun yang sedang kita perjuangkan akan dipermudah oleh Allah untuk dicapainya," ucapnya.
"Semangat buat teman-teman, semoga menjadi orang-orang yang berhasil, sukses, tapi juga berdampak untuk masyarakat sekitar," tutup Yani.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini