×
image

Hamas Kehilangan Kontak dengan Tahanan Israel-AS Akibat Serangan Israel di Gaza

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 16 Apr 2025

Edan Alexander, seorang pemuda berusia 21 tahun dan tentara Israel asal New Jersey,

Edan Alexander, seorang pemuda berusia 21 tahun dan tentara Israel asal New Jersey,


LBJ - Sayap bersenjata kelompok Palestina, Hamas, melaporkan kehilangan kontak dengan salah satu tahanan Israel-Amerika Serikat (AS), Edan Alexander. Kontak terputus setelah serangan langsung Israel menyasar lokasi penahanannya di Jalur Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Brigade Qassam, Abu Obeida, pada hari Selasa (15/4/2025).

Abu Obeida menuding bahwa tentara pendudukan Israel sengaja berupaya membunuh Alexander. Tindakan ini disebut sebagai upaya untuk menghindari tekanan terkait tahanan berkewarganegaraan ganda. Dengan demikian, Israel dapat melanjutkan agresi terhadap warga Palestina.

Sebelumnya, pada hari Sabtu (12/4/2025), Hamas merilis video yang menampilkan Alexander dalam keadaan hidup.

Dalam video tersebut, Alexander, seorang pemuda berusia 21 tahun dan tentara Israel asal New Jersey, tampak tertekan. Ia memohon kepada mantan Presiden AS Donald Trump untuk mengupayakannya keluar dari Gaza.

Alexander juga mendesak Trump untuk tidak mempercayai "kebohongan" Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca juga: Serangan Israel Lumpuhkan Rumah Sakit Terakhir di Gaza Utara

Lokasi pasti penahanan Alexander di Gaza tidak diungkapkan oleh Abu Obeida. Setelah pernyataan tersebut, Brigade Qassam merilis video lain.

Video itu berisi peringatan kepada keluarga tawanan bahwa "anak-anak mereka akan kembali dalam peti mati hitam dengan tubuh mereka terkoyak oleh pecahan peluru dari pasukan Anda".

Hamas sebelumnya menyalahkan Israel atas kematian sejumlah tawanan di Gaza akibat pemboman. Kelompok tersebut juga mengakui satu insiden di mana seorang tawanan dibunuh oleh seorang penjaga yang bertindak di luar instruksi.

Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, pada Maret lalu menyatakan bahwa pembebasan Alexander adalah prioritas utama AS. Alexander diyakini sebagai sandera AS terakhir yang ditahan Hamas di Gaza.

Potensi pembebasan Alexander sempat menjadi fokus pembicaraan antara pemimpin Hamas dan negosiator AS Adam Boehler bulan sebelumnya.

Pengumuman ini muncul di tengah pernyataan Netanyahu bahwa Israel akan terus melanjutkan operasi militernya di Gaza. Tujuannya adalah untuk mengamankan pembebasan para tawanan.

Netanyahu juga memuji kinerja pasukannya saat mengunjungi wilayah utara Gaza yang hancur.

"Mereka menyerang musuh dan Hamas akan terus menderita pukulan demi pukulan. Kami bersikeras agar mereka membebaskan sandera kami, dan kami bersikeras untuk mencapai semua tujuan perang kami," tegas Netanyahu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam panggilan telepon dengan Netanyahu menyampaikan bahwa penderitaan warga Gaza harus diakhiri. Menurutnya, gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk membebaskan sisa tawanan Israel.

Baca juga: Pasukan Israel Mengebom RS Al-Ahli di Gaza, Unit Gawat Darurat Hancur

Hamas sebelumnya membebaskan 38 tawanan berdasarkan perjanjian gencatan senjata terakhir yang dimulai pada 19 Januari. Namun, pada pertengahan Maret, militer Israel kembali melancarkan serangan darat dan udara di Gaza.

Hal ini membatalkan gencatan senjata dan memberlakukan kembali blokade total terhadap wilayah tersebut.

Hamas mengecam blokade yang sedang berlangsung. Mereka menyatakan bahwa Israel telah menghalangi masuknya "semua barang penting yang dibutuhkan untuk kehidupan, termasuk pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar".

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan bahwa "situasi kemanusiaan saat ini kemungkinan besar adalah yang terburuk dalam 18 bulan sejak pecahnya permusuhan".

Pada hari Selasa, pasukan Israel terus membombardir berbagai wilayah di Gaza. Akibatnya, setidaknya 21 orang dilaporkan tewas menurut pertahanan sipil Gaza.

Sejak serangan Israel dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 51.000 warga Palestina telah terbunuh. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak, demikian data dari Kementerian Kesehatan Gaza.

Pejabat Israel menyatakan bahwa operasi militer akan berlanjut hingga 59 tawanan yang tersisa dibebaskan dan hingga Hamas dilucuti senjatanya. Di sisi lain, Hamas menegaskan bahwa pembebasan sandera hanya akan terjadi sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang secara permanen. Mereka juga berulang kali menolak tuntutan untuk meletakkan senjata.

Israel mengajukan proposal gencatan senjata kepada mediator Mesir dan Qatar pada hari Senin (14/4/2025). Proposal tersebut menawarkan gencatan senjata sementara selama 45 hari dengan imbalan Hamas melucuti senjata dan membebaskan 11 tawanan Israel yang masih ditahan di Gaza.

Hamas menyatakan sedang "mempelajari" usulan tersebut. Namun, seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, sebelumnya mengatakan bahwa Hamas tidak akan menerima tuntutan apa pun untuk melucuti senjata.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post