Israel Perintahkan Pemindahan Paksa di Khan Younis, Perluas Kontrol di Gaza Selatan
By Cecep Mahmud
13 Apr 2025

Pembangunan Koridor Morag oleh militer Israel, yang berfungsi memisahkan kota Rafah dari wilayah Gaza lainnya. (foto X/@AgoraIsrael)
LBJ - Militer Israel mengeluarkan perintah pemindahan paksa baru bagi sejumlah lingkungan di Khan Younis, Gaza selatan, pada Sabtu (12/4/2025). Perintah ini disertai peringatan akan serangan "dengan kekuatan besar" sebagai respons terhadap dugaan peluncuran roket Hamas ke Israel dari wilayah tersebut.
Juru bicara berbahasa Arab tentara Israel menyampaikan perintah ini di tengah laporan serangan udara dan artileri di Khan Younis yang menewaskan sedikitnya dua orang.
Penduduk di Qizan an-Najjar, Qizan Abu Rashwan, al-Salam, al-Manara, al-Qurain, Maen, al-Batn al-Sameen, Jurt al-Lot, al-Fakhari, dan lingkungan selatan Bani Suheila diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka.
Mereka diinstruksikan untuk menuju wilayah al-Mawasi, yang terletak di pesisir pantai Gaza. Perintah ini dikeluarkan seiring dengan pengumuman selesainya pembangunan Koridor Morag oleh militer Israel.
Baca juga: Tiongkok Berlakukan Tarif Balasan Tinggi terhadap Seluruh Barang AS
Koridor ini disebut berfungsi memisahkan kota Rafah dari wilayah Gaza lainnya.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Koridor Morag secara efektif mengubah Rafah menjadi "zona keamanan Israel".
Ia juga menambahkan rencana perluasan Koridor Netzarim, yang saat ini membelah Jalur Gaza menjadi dua bagian. Katz menyebutkan bahwa "jalur yang disengaja" akan disediakan bagi warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza.
Pernyataan ini merujuk pada rencana mantan Presiden AS Donald Trump terkait pemindahan warga Palestina dari Gaza.
Katz memberikan ultimatum kepada penduduk Gaza. Ia menyatakan bahwa mereka memiliki "kesempatan terakhir untuk mengusir Hamas dan membebaskan semua sandera, sehingga menghentikan perang".
Jika tidak, operasi Israel akan meluas ke "sebagian besar wilayah Gaza".
Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengecam tindakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Hamas menuduh Netanyahu memperpanjang perang meskipun ada desakan dari masyarakat Israel untuk menghentikan konflik.
"Persamaannya jelas: pembebasan tawanan sebagai imbalan atas penghentian perang. Dunia menerimanya, tetapi Netanyahu menolaknya," demikian pernyataan Hamas.
Baca juga: Saham AS Anjlok Tertekan Eskalasi Perang Dagang dengan Tiongkok
Mereka juga menyebut bahwa "darah anak-anak Gaza dan tahanan pendudukan adalah korban ambisi Netanyahu untuk tetap berkuasa dan terhindar dari tuntutan hukum".
Dilansir Al Jazeera, Yordania, bahwa Menteri Pertahanan Israel telah memberikan ultimatum kepada warga Palestina.
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Sekitar 2,1 juta warga Palestina terdesak ke sekitar sepertiga wilayah Gaza. Tidak ada truk bantuan, makanan, gas untuk memasak, atau bahan bakar yang memasuki Jalur Gaza sejak Israel memberlakukan kembali blokade bulan lalu pada 18 Maret.
Robert Geist Pinfold, seorang dosen keamanan internasional di King's College London, memberikan analisis. Ia menyatakan bahwa meskipun Israel mengklaim pembangunan Koridor Morag murni operasional untuk membatasi Hamas, hal itu tampak sebagai bagian dari strategi jangka panjang Israel untuk mengendalikan Gaza dari jarak jauh.
"Israel selalu berupaya mengendalikan Jalur Gaza, khususnya untuk mengawasi apa yang masuk dan apa yang keluar, serta 'keamanan' atas wilayah tersebut, sebagaimana Israel menyebutnya," kata Pinfold.
Ia menambahkan bahwa penamaan koridor berdasarkan permukiman bukanlah kebetulan, melainkan dibangun untuk tujuan memutus wilayah perkotaan Gaza dan memberikan Israel kemampuan untuk "memeras" wilayah tersebut kapan saja.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini