×
image

Tiongkok Berlakukan Tarif Balasan Tinggi terhadap Seluruh Barang AS

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 11 Apr 2025

Tiongkok mulai memberlakukan tarif tinggi sebesar 84 persen terhadap seluruh barang yang diimpor dari Amerika Serikat. (Pixabay/@druckfuchs)

Tiongkok mulai memberlakukan tarif tinggi sebesar 84 persen terhadap seluruh barang yang diimpor dari Amerika Serikat. (Pixabay/@druckfuchs)


LBJ - Tiongkok mulai memberlakukan tarif tinggi sebesar 84 persen terhadap seluruh barang yang diimpor dari Amerika Serikat. Langkah ini semakin memperdalam perang dagang dengan Washington.

Beijing juga menyerukan dialog "atas dasar saling menghormati dan kesetaraan". Tarif baru ini merupakan kenaikan signifikan sebesar 50 persen dari tarif sebelumnya sebesar 34 persen.

Pemberlakuan tarif dimulai pada pukul 12:01 Waktu Bagian Timur (04:00 GMT) hari Kamis (11/4/2025), menurut Dewan Administrasi Negara Tiongkok.

Tarif tersebut berlaku untuk semua produk AS yang masuk ke ekonomi terbesar kedua di dunia. Menurut kantor Perwakilan Dagang AS, nilai impor barang AS ke Tiongkok mencapai total $143,5 miliar pada tahun lalu.

Baca juga: Saham AS Anjlok Tertekan Eskalasi Perang Dagang dengan Tiongkok

Ini merupakan kenaikan tarif balasan kedua yang diambil Tiongkok. Langkah ini adalah respons terhadap bea masuk AS atas impor dari Tiongkok, yang kini mencapai 125 persen.

Selain tarif baru, Beijing juga memasukkan 18 perusahaan AS ke dalam daftar hitam, termasuk produsen kedirgantaraan Sierra Nevada Corporation.

Pada hari Kamis, Kementerian Perdagangan Tiongkok menyatakan bahwa pihaknya terbuka untuk berdialog dengan AS. Namun, dialog tersebut harus didasarkan pada rasa saling menghormati dan kesetaraan.

Juru bicara kementerian, He Yongqian, menegaskan bahwa tekanan, ancaman, dan pemerasan bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi Tiongkok. Pernyataan ini disampaikan dalam jumpa pers ketika ditanya mengenai kemungkinan negosiasi tarif antara kedua negara.

He Yongqian menambahkan bahwa Tiongkok akan "menindaklanjuti sampai akhir" jika AS tetap bersikeras dengan pendekatannya.

Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, memperingatkan potensi dampak serius dari meningkatnya perseteruan perdagangan. Ia menyebutkan bahwa perdagangan AS-Tiongkok dapat menyusut hingga 80 persen.

Baca juga: Ribuan Tentara Cadangan Israel Serukan Penghentian Perang Gaza

Hal ini akan membawa implikasi besar bagi ekonomi global.

"Yang menjadi perhatian khusus adalah potensi fragmentasi perdagangan global berdasarkan garis geopolitik," ujarnya.

Ia juga menyampaikan kekhawatiran bahwa pembagian ekonomi global menjadi dua blok dapat menyebabkan penurunan jangka panjang dalam PDB riil global hingga hampir 7 persen.

Perseteruan AS-Tiongkok terjadi di tengah langkah Presiden AS Donald Trump mencabut serangkaian tarif global yang lebih luas. Pencabutan tarif sebelumnya sempat memicu aksi jual tajam di pasar saham dan menimbulkan kekhawatiran akan resesi.

Pada hari Rabu, Trump mengumumkan penangguhan selama 90 hari atas tarif "timbal balik" yang sebelumnya diumumkan. Penangguhan ini berlaku untuk sekitar 60 negara, tidak termasuk Tiongkok, sambil tetap mempertahankan tarif dasar sebesar 10 persen.

Pasar merespons positif pengumuman tersebut. Indeks saham acuan AS S&P 500 dan Nasdaq melonjak masing-masing 9,5 persen dan 12,16 persen, mengakhiri penurunan tajam selama seminggu. Saham-saham di seluruh Asia juga mengalami kenaikan pada hari Kamis, termasuk di Hong Kong, Tokyo, Taipei, Australia, Indonesia, dan Singapura.

Gedung Putih menyatakan bahwa penangguhan tarif merupakan insentif bagi negara-negara yang menahan diri untuk tidak membalas tindakan perdagangan AS. Sementara itu,

Trump mengecam Tiongkok karena menunjukkan "kurangnya rasa hormat" terhadap pasar global dan karena "merampok" AS.

Baca juga: Tarif Impor AS 32 Persen Ancam Investasi Padat Karya Jawa Tengah

Namun, kemudian pada hari itu, Trump menyampaikan nada yang lebih akomodatif. Ia membuka peluang untuk mencapai kesepakatan dengan Tiongkok.

"Lihat, belum ada yang berakhir, tetapi kami memiliki semangat yang luar biasa dari negara-negara lain, termasuk Tiongkok," kata Trump di luar Gedung Putih.

Ia menegaskan bahwa Beijing "ingin membuat kesepakatan" tetapi "tidak tahu bagaimana melakukannya".

Trump menambahkan bahwa hal tersebut adalah "salah satu hal yang mereka banggakan".

Meskipun demikian, para analis memperingatkan bahwa pendekatan garis keras Trump terhadap Tiongkok dapat memperpanjang kebuntuan.

Sophia Busch dari Atlantic Council menilai bahwa jika pola saat ini berlanjut, Tiongkok akan terus membalas hingga ada kemajuan. Ia mencatat bahwa Beijing sangat nyaman dan berpengalaman dalam menggunakan alat ekonomi koersif semacam ini.

Bill Bishop, seorang jurnalis dan analis Tiongkok, berpendapat bahwa tindakan Trump yang secara khusus menyoroti Tiongkok kemungkinan akan memperkuat pandangan di Beijing bahwa ada rencana strategis yang koheren untuk membendung dan menekan Tiongkok.

Trump sendiri telah membela kebijakan tarifnya sebagai cara untuk menghidupkan kembali manufaktur AS. Ia berargumen bahwa Tiongkok melemahkan industri AS dengan "membuang" barang-barang murah dan berlebih ke pasar global.

Di tengah ketegangan yang meningkat, Tiongkok pada hari Rabu memperingatkan warganya untuk "menilai sepenuhnya risiko" sebelum bepergian ke AS.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post