×
image

Israel Serang Beirut, Gencatan Senjata dengan Hizbullah Terancam Gagal

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 29 Mar 2025

Serangan udara yang dilakukan Israel pada Jumat pagi mengguncang ibu kota Lebanon dan menghancurkan sebuah blok perumahan di lingkungan Hadath. (foto X)

Serangan udara yang dilakukan Israel pada Jumat pagi mengguncang ibu kota Lebanon dan menghancurkan sebuah blok perumahan di lingkungan Hadath. (foto X)


LBJ - Israel melancarkan serangan udara ke wilayah Hadath di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, pada Jumat (28/3), menandai eskalasi besar pertama sejak gencatan senjata dengan kelompok Hizbullah pada November 2024.

Serangan udara yang dilakukan Israel pada Jumat pagi mengguncang ibu kota Lebanon dan menghancurkan sebuah blok perumahan di lingkungan Hadath. Ini merupakan pertama kalinya Israel menyerang Beirut sejak gencatan senjata dengan Hizbullah, kelompok bersenjata yang berbasis di Lebanon, diberlakukan empat bulan lalu.

Dilansir Al Jazeera, serangan ini meratakan gedung tempat tinggal banyak keluarga.

“Kami berada di dekat gedung yang diserang Israel, dan di sini terjadi kehancuran total,” ujar jurnalis Ali Hashem.

Apartemen dan toko di sekitar lokasi juga mengalami kerusakan parah.

Baca juga: Korban Jiwa Gempa Myanmar Diprediksi Tembus 10 Ribu Orang, Junta Militer Tetapkan Status Darurat

Militer Israel menyatakan bahwa target serangan adalah fasilitas penyimpanan drone milik militer Hizbullah. Serangan ini dilakukan sebagai respons atas roket yang ditembakkan dari wilayah Lebanon ke Israel, insiden kedua dalam sepekan.

Namun, Hizbullah membantah keterlibatannya, dan belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket tersebut.

Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam menanggapi dengan memerintahkan militer untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku peluncuran roket. Ia menyatakan tindakan tersebut “mengancam stabilitas dan keamanan Lebanon.”

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa “selama tidak ada perdamaian di Israel utara, tidak akan ada perdamaian di Beirut juga.”

Pernyataan ini memperlihatkan sikap tegas Israel terhadap pemerintah Lebanon yang dinilai bertanggung jawab atas aktivitas Hizbullah.

Baca juga: Kanada dan Eropa Siapkan Balasan Pasca Trump Naikan Tarif Impor Mobil

Konflik antara Israel dan Hizbullah telah berlangsung sejak Oktober 2023, ketika Hizbullah menembakkan roket ke Israel utara sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas dalam perang di Gaza.

Setelah pertempuran berkepanjangan, gencatan senjata difasilitasi oleh AS dan Prancis pada 27 November 2024. Namun, kesepakatan tersebut kini terancam runtuh.

Berdasarkan perjanjian itu, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan. Namun, lima titik militer masih dipertahankan. Sebagai imbalannya, Hizbullah setuju untuk memindahkan pejuang dan senjatanya ke utara Sungai Litani, guna memberikan kendali penuh kepada tentara Lebanon di wilayah selatan.

Presiden Lebanon Joseph Aoun menyebut serangan di Hadath sebagai pelanggaran serius terhadap perjanjian damai yang disponsori oleh Prancis dan AS.

Dalam konferensi pers di Paris, Presiden Prancis Emmanuel Macron menambahkan bahwa tindakan Israel “tidak dapat diterima,” dan akan membahasnya dengan PM Israel Benjamin Netanyahu serta Presiden AS Donald Trump.

Sementara itu, Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, memperingatkan bahwa situasi saat ini menciptakan “periode kritis bagi Lebanon dan kawasan yang lebih luas.”

Baca juga: Kapal Selam Wisata Tenggelam di Laut Merah Mesir, Enam Wisatawan Tewas

Selain di Beirut, Israel juga melancarkan serangan udara di Kafr Tibnit, Lebanon selatan, yang menewaskan tiga orang dan melukai 18 lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Analis politik Israel, Yossi Beilin, menilai serangan ini sangat signifikan.

“Inilah saatnya dan tempat bagi Amerika dan Prancis untuk mengakhiri situasi saat ini. Hizbullah bukanlah Lebanon, tapi milisi independen, dan itulah kesulitannya,” ujarnya.

Dengan meningkatnya ketegangan, kekhawatiran akan pecahnya kembali perang berskala penuh kian membayangi. Tahun lalu, lebih dari 1,3 juta warga Lebanon terpaksa mengungsi akibat pertempuran antara Israel dan Hizbullah.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post