Putin Tolak Proposal Gencatan Senjata Penuh, Serangan Rusia Terus Berlanjut
By Cecep Mahmud
19 Mar 2025

Presiden Rusia Vladimir Putin, menolak proposal gencatan senjata yang didukung oleh Amerika Serikat (AS). (foto X)
LBJ - Rusia secara efektif menolak proposal gencatan senjata yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), setelah serangan terhadap infrastruktur sipil di Ukraina dilaporkan terus berlangsung. Hal ini terjadi meskipun sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui penghentian sementara serangan terhadap fasilitas energi Ukraina selama 30 hari.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa serangan terhadap infrastruktur sipil, termasuk sebuah rumah sakit di Sumy, tetap dilakukan oleh Rusia.
"Serangan malam hari seperti ini yang menghancurkan sektor energi kita, infrastruktur kita, dan kehidupan normal warga Ukraina," kata Zelensky pada Selasa (19/3/2025), menambahkan bahwa serangan ini menunjukkan Rusia tidak berniat mengakhiri perang.
Baca juga: Dalam Sehari, 400 Warga Gaza Tewas Akibat Serangan Israel
Polemik Gencatan Senjata dan Penolakan Putin
Menurut laporan, meskipun ada pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Putin yang sempat memberikan harapan untuk sebuah gencatan senjata, Rusia tidak bersedia untuk menghentikan semua serangan.
Gencatan senjata yang hanya mencakup sektor energi dianggap tidak cukup oleh Ukraina.
"Hari ini, Putin secara efektif menolak usulan gencatan senjata penuh," ujar Zelensky.
Sementara itu, di Kyiv, warga yang lelah dengan perang semakin tidak percaya bahwa Rusia akan menghentikan agresinya.
"Saya sama sekali tidak percaya Putin, tidak sepatah kata pun," kata Lev Sholoudko, warga Ukraina berusia 32 tahun.
Serangan Lain dan Isu Keamanan Laut Hitam
Di sisi lain, Rusia melaporkan bahwa mereka berhasil menggagalkan serangan pesawat nirawak Ukraina yang memicu kebakaran di depot minyak di desa Kavkazskaya.
Baca juga: Netanyahu Umumkan Peningkatan Serangan terhadap Gaza
Pembicaraan lebih lanjut mengenai gencatan senjata maritim di Laut Hitam dan gencatan senjata penuh dijadwalkan akan dilanjutkan di Jeddah pada Minggu mendatang, meskipun masih ada banyak rincian yang harus diselesaikan.
Perpecahan di Barat dan Keuntungan Rusia
Di tengah ketegangan ini, perpecahan terlihat di kalangan sekutu Barat. Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berkomitmen untuk terus memberikan bantuan militer kepada Ukraina.
"Ukraina dapat mengandalkan kami," tegas Scholz.
Sebaliknya, Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya mendukung Ukraina, kini menunjukkan sikap lebih pro-Rusia dalam kebijakan luar negeri AS, menambah ketidakpastian dalam perundingan.
Ragu Tentang Perdamaian
Para prajurit Ukraina yang bertugas di garis depan juga meragukan kemungkinan perdamaian yang segera tercapai.
"Bagaimana Anda bisa mempercayai orang-orang yang menyerang Anda dan membunuh warga sipil, termasuk anak-anak?" ujar Oleksandr, seorang prajurit Ukraina yang baru kembali berlatih setelah terluka dalam pertempuran di Donetsk.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini