×
image

Tiga Pabrik Besar di Bekasi Bakal Tutup, Ribuan Buruh Terancam PHK Massal

  • image
  • By Shandi March

  • 25 Feb 2025

PT Yamaha Musical menjadi salah satu pabrik yang akan menutup operasionalnya dalam waktu dekat. (Dok. PT Yamaha Music Manufacturing )

PT Yamaha Musical menjadi salah satu pabrik yang akan menutup operasionalnya dalam waktu dekat. (Dok. PT Yamaha Music Manufacturing )


LBJ - Bekasi kembali menghadapi badai pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala besar. Tiga perusahaan manufaktur ternama, yaitu PT Sanken Indonesia, PT Tokai Kagu Indonesia, dan PT Yamaha Musical, telah mengumumkan rencana penutupan pabrik mereka dalam waktu dekat. Dampaknya, ribuan buruh kehilangan pekerjaan dan dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi.

Aliansi Buruh Bekasi Melawan (BBM) membenarkan kabar ini. Menurut Koordinator Aliansi BBM, Sarino, perusahaan-perusahaan tersebut telah menginformasikan rencana penutupan kepada para pekerja secara bertahap.

"Kurang lebih sekitar 700 dari dua perusahaan. Kalau tadi di Bekasi aja ada 700, pas tadi Sanken juga 400-an, sekarang seribu lah di 2025 ini," ujar Sarino, Minggu (23/2).

Berdasarkan jadwal yang telah diumumkan, PT Sanken Indonesia akan resmi berhenti beroperasi pada Juni 2025, sementara PT Tokai Kagu Indonesia dan PT Yamaha Musical lebih cepat tutup pada Maret 2025.

Baca juga : Ini Respon Mendikti Satryo Soemantri Dicecar Soal Dugaan Pemecatan Semena-mena di Kemendiktisaintek

Salah satu alasan utama yang mendorong penutupan ini adalah relokasi produksi ke negara lain. Yamaha akan memindahkan produksi pianonya ke China, sementara PT Tokai Kagu juga mengalami kendala serupa dalam keberlanjutan bisnisnya.

"PT Sanken sudah menyampaikan kepada seluruh pekerjanya bahwa mereka tutup Juni 2025. Yamaha fokus pada produk gitarnya, tapi produksi piano dipindahkan ke China. Yamaha piano sendiri per Maret sudah tutup. PT Tokai juga ikut terdampak," tambah Sarino.

Penutupan tiga pabrik besar ini berpotensi menciptakan gelombang pengangguran baru di Bekasi. Ribuan buruh yang selama ini menggantungkan hidupnya di sektor manufaktur kini harus mencari pekerjaan lain.

Negosiasi terkait kompensasi PHK masih berlangsung antara serikat pekerja dan pihak perusahaan. Para buruh berharap agar hak-hak mereka tetap diperhatikan.

Baca juga : Bupati Purbalingga Siap Bantu Novi, Vokalis Band Sukatani, Kembali Jadi Guru

"Pekerjanya paham bahwa pabrik akan tutup. Yang utama adalah bagaimana hak-hak kompensasi PHK diselesaikan dengan baik," tegas Sarino.

Sementara itu, pemerintah didesak untuk segera turun tangan dengan memberikan bantuan sosial, pelatihan kerja, dan penciptaan lapangan kerja baru bagi mereka yang terdampak.

Tantangan bagi Industri Manufaktur Indonesia

Penutupan pabrik-pabrik ini juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai masa depan industri manufaktur di Indonesia.

Banyak perusahaan memilih untuk memindahkan produksinya ke negara lain seperti China karena alasan efisiensi biaya dan kemudahan investasi.

Baca juga :Harga Cabai Merah di Kabupaten Bandung Melonjak Jelang Ramadan

Jika tren ini terus berlanjut, maka sektor manufaktur di Indonesia berisiko mengalami kemunduran yang lebih besar.

Pemerintah dan pelaku industri perlu mencari solusi agar investasi tetap bertahan dan tenaga kerja lokal tetap terserap dalam pasar kerja.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post