Melawan Lelah dan Kehancuran: Perjuangan Warga Palestina Menuju Kota Gaza
By Cecep Mahmud
29 Jan 2025

Ribuan warga Palestina berjalan kaki dari wilayah selatan Gaza menuju Utara tempat mereka tingga sebelum perang berkecamuk. (tangkap layar X/@MuhammadSmiry)
LBJ - Puluhan ribu warga Palestina akhirnya kembali ke Kota Gaza setelah diizinkan melintasi jalur utara pada Senin, 19 Januari. Salah satu kisah yang menginspirasi adalah perjalanan Rifaat Jouda, seorang pria berjanggut putih, yang berjalan dengan tekad meskipun lelah.
"Saya memulai perjalanan dari Khan Younis bersama keluarga. Ini sangat melelahkan," kata Rifaat.
Ia membawa barang seadanya dan mendampingi putranya yang mengidap Down Syndrome.
Israel memberi izin bagi pengungsi di Gaza selatan untuk kembali ke wilayah utara. Langkah ini dilakukan setelah gencatan senjata dimulai. Namun, perjalanan sejauh 30 kilometer dari Khan Younis ke Kota Gaza tidaklah mudah.
Baca juga: Israel Langgar Gencatan Senjata: Anak 5 Tahun Tewas di Gaza Tengah
Mayoritas pengungsi adalah warga Palestina yang sebelumnya mengungsi akibat serangan Israel selama 15 bulan terakhir. Rifaat Jouda menjadi salah satu dari ribuan orang yang berjuang untuk kembali ke tempat asal mereka.
Mereka memulai perjalanan pada Senin, melalui Jalan al-Rashid, jalan utama di sepanjang pesisir Gaza. Perjalanan ini menandai momen pertama warga kembali ke utara sejak perang.
Rifaat dan warga lainnya yakin, meskipun kondisi di utara berat, hidup di tanah mereka sendiri memberi harapan baru.
“Kami ingin membangun kembali, meski hanya sedikit. Ini memulihkan semangat kami,” ujar Rifaat.
Kerusakan di Gaza sangat parah. Sekitar 74 persen bangunan di wilayah utara, termasuk Kota Gaza, hancur akibat serangan. Namun, zona yang disebut “aman” di Gaza selatan juga rusak berat.
Rifaat bukan satu-satunya yang menyesali perpindahan. Sami al-Dabbagh, seorang ayah empat anak, mengaku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Baca juga: Serangan Udara Israel Tewaskan Dua Pejuang Hamas di Tepi Barat
“Kami tidak akan meninggalkan rumah lagi, apa pun yang terjadi,” tegasnya.
Bagi Khaled Ibrahim, perjalanan kembali dipenuhi duka. Ia kehilangan istri, cucu, dan saudara-saudara dalam serangan di Khan Younis. Kini, ia berencana tinggal di tenda karena rumahnya telah hancur.
Nada Jahjouh, seorang pengungsi lain, juga kembali tanpa beberapa anggota keluarga.
"Kegembiraan saya tidak lengkap tanpa putra-putra saya," katanya lirih.***
Sumber: AlJazeera
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini