Ribuan Pendukung Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol, Serbu Pengadilan
By Cecep Mahmud
19 Jan 2025

Ribuan pendukung Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, berunjuk rasa memprotes keputusan pengadilan yang memperpanjang masa penahanan Yoon. (Foto X)
LBJ - Ribuan pendukung Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, berunjuk rasa mendukungnya. Mereka menilai Yoon tidak bersalah atas tuduhan yang menjeratnya.
Para pendukung menyerbu Pengadilan Distrik Barat Seoul setelah hakim memutuskan memperpanjang penahanan Yoon. Insiden ini terjadi pada Sabtu (18/1/2025), dini hari waktu setempat.
Demonstrasi berlangsung di Pengadilan Distrik Barat Seoul, Korea Selatan.
Kejadian ini terjadi setelah keputusan pengadilan diumumkan sekitar pukul 03.00 pagi waktu setempat.
Baca juga: Detik-Detik Dramatis Penangkapan Presiden Korsel: Tangga, Barikade, dan Perlawanan
Pendukung Yoon merasa keputusan pengadilan tidak adil. Mereka percaya Yoon hanya bertindak untuk menyelamatkan negara dari kecurangan pemilu legislatif.
Massa memecahkan jendela dan pintu gedung pengadilan sebagai bentuk protes. Polisi mencoba mengendalikan situasi, namun ketegangan tetap terjadi.
Yoon Suk Yeol menjadi presiden pertama Korsel yang ditahan saat masih menjabat. Tuduhan pemberontakan terhadapnya bermula dari pengumuman darurat militer pada Desember 2024. Namun, darurat militer hanya berlangsung enam jam sebelum dibatalkan oleh Parlemen.
Menurut pengadilan, Yoon ditahan untuk mencegahnya menghancurkan bukti. Meski demikian, Yoon menegaskan melalui pengacaranya bahwa ia akan "berjuang sampai akhir."
Dalam pesan yang disampaikan pengacaranya, Yoon berterima kasih kepada para pendukung, termasuk penganut Kristen evangelis dan YouTuber sayap kanan. Ia menyebut dukungan mereka sebagai "patriotisme yang penuh semangat."
Baca juga: Majelis Nasional Korsel Resmi Makzulkan Presiden Yoon Suk Yeol, Ini Alasannya
Namun, pengacara Yoon, Seok Dong-hyeon, meminta pendukung untuk menahan diri.
“Kekerasan hanya akan menambah beban pada persidangan presiden,” ujarnya.
Para pendukung Yoon sering mengibarkan bendera Amerika Serikat dan menggunakan retorika mirip "hentikan pencurian" dari pendukung Donald Trump. Meski mengklaim ada kecurangan pemilu, mereka belum menyajikan bukti konkret.
Insiden di pengadilan Seoul menjadi tantangan baru bagi Korsel yang tengah dilanda krisis politik. Penjabat kepala polisi, Lee Ho-young, menyatakan bahwa pihaknya akan menyelidiki peran kelompok ekstrem dalam kekerasan ini.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini