×
image

Struktur Beton Bandara Muan Diduga Perparah Kecelakaan Jeju Air

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 03 Jan 2025

Otoritas Korea Selatan tengah melakukan investigasi menyeluruh terkait dua faktor utama, yaitu serangan burung dan keberadaan struktur beton di ujung landasan pacu. (foto X)

Otoritas Korea Selatan tengah melakukan investigasi menyeluruh terkait dua faktor utama, yaitu serangan burung dan keberadaan struktur beton di ujung landasan pacu. (foto X)


LBJ - Kecelakaan tragis di Bandara Internasional Muan memicu sorotan tajam pada struktur beton di ujung landasan pacu. Pilot mengaku tidak mengetahui risiko keberadaannya, sementara investigasi terus berlanjut untuk mengungkap penyebab pasti dari insiden ini.

Sebuah pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Jeju Air, dengan nomor penerbangan 7C2216, mengalami kecelakaan fatal di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan pada 29 Desember 2023. 

Pesawat tersebut mengalami pendaratan darurat dan menabrak struktur beton yang terletak di ujung landasan pacu. Tabrakan tersebut memicu ledakan besar, menyebabkan sebagian besar badan pesawat terbakar habis.

Pesawat nahas tersebut membawa 175 penumpang dan 6 awak kabin. Sayangnya, hanya dua awak kabin yang berhasil selamat dari insiden ini. Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban dan menjadi fokus perhatian publik serta otoritas penerbangan internasional.

Baca juga: Kotak Hitam Jeju Air Dikirim ke AS untuk Ungkap Penyebab Kecelakaan Tragis

Kecelakaan terjadi di ujung landasan pacu Bandara Internasional Muan, sebuah area yang seharusnya bebas dari hambatan keras seperti struktur beton. Gundukan beton yang berfungsi sebagai penyangga localizer menjadi titik tabrakan yang memperburuk dampak kecelakaan.

Insiden tragis ini terjadi pada Minggu, 29 Desember 2023, saat pesawat melakukan pendaratan darurat.

Pilot senior berinisial A, yang telah beroperasi di Bandara Muan selama tujuh tahun, mengungkapkan bahwa ia tidak pernah diberi tahu tentang keberadaan struktur beton di ujung landasan pacu.

"Saya telah melihat gundukan tersebut dari udara selama lepas landas dan pendaratan yang tak terhitung jumlahnya dan berasumsi itu adalah tumpukan tanah," ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa tidak ada indikasi di peta bandara atau panduan yang menyebutkan bahwa gundukan tersebut adalah struktur beton setinggi 2 meter dan setebal 4 meter.

"Pilot lain juga tidak menyadari sifat aslinya," tambahnya.

Selain itu, isu tabrakan burung turut diselidiki sebagai faktor penyebab kecelakaan. Menurutnya, aktivitas burung di sekitar Bandara Muan sering dipantau melalui Layanan Informasi Terminal Bandara (ATIS).

"Menurut pengalaman saya, tabrakan burung terjadi kira-kira setahun sekali, biasanya memengaruhi sayap pesawat," jelasnya.

Baca juga: Polisi Geledah Bandara Muan Terkait Kecelakaan Maut Jeju Air

Otoritas Korea Selatan tengah melakukan investigasi menyeluruh terkait dua faktor utama, yaitu serangan burung dan keberadaan struktur beton di ujung landasan pacu.

Kapten Ross Aimer, CEO Aero Consulting Experts, menegaskan bahwa struktur beton tersebut tidak seharusnya berada di sana.

"Seharusnya tidak ada (tanggul) di sana," katanya tegas.

Pejabat Kementerian Perhubungan Korea Selatan menyatakan bahwa sebagian besar bandara di negara itu dibangun berdasarkan pedoman Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Namun, beberapa penyesuaian lokal masih diizinkan oleh hukum domestik.

Kim Hong-rak, Direktur Jenderal Kebijakan Fasilitas Navigasi Udara dan Bandara, menyatakan bahwa regulasi keselamatan akan ditinjau ulang untuk memastikan tidak ada celah yang dapat membahayakan penerbangan di masa mendatang.

"Kami akan memeriksa apakah ada konflik dalam peraturan kami sendiri, dan melakukan tinjauan tambahan terhadap standar keselamatan bandara kami," ungkapnya dalam sebuah pengarahan pers.

Sementara itu, analis penerbangan John Cox, mantan pilot Boeing 737, menambahkan bahwa desain landasan pacu di Bandara Muan tidak sesuai dengan standar praktik terbaik industri.

"Saat menabrak tanggul itu, tragedi pun terjadi," jelasnya.

Para ahli menyatakan bahwa keberadaan struktur beton yang terlalu dekat dengan ujung landasan pacu menjadi faktor yang memperparah dampak kecelakaan. Selain itu, regulasi terkait zona keselamatan ujung landasan dinilai memerlukan evaluasi dan perbaikan mendalam.

Tragedi di Bandara Muan menjadi pengingat keras akan pentingnya keselamatan penerbangan dan kepatuhan terhadap standar internasional. Investigasi yang masih berlangsung diharapkan dapat menghasilkan perubahan signifikan dalam regulasi keselamatan penerbangan di Korea Selatan.

Penghapusan struktur berbahaya di sekitar landasan pacu dan peningkatan transparansi informasi bagi pilot menjadi langkah penting untuk mencegah insiden serupa di masa depan.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post