×
image

Abu Safia: Dedikasi Seorang Dokter di Tengah Kepungan dan Penahanan di Gaza

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 30 Dec 2024

Abu Safia bukan sekadar seorang dokter, ia adalah simbol keteguhan di tengah krisis kemanusiaan. (X/@Odaymohm)

Abu Safia bukan sekadar seorang dokter, ia adalah simbol keteguhan di tengah krisis kemanusiaan. (X/@Odaymohm)


LBJ - Hussam Abu Safia, seorang dokter spesialis anak dan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya, Gaza Utara, ditangkap oleh pasukan Israel pada Jumat lalu. Serangan ke rumah sakit tersebut memaksa puluhan staf medis dan pasien meninggalkan fasilitas medis yang masih berfungsi sebagian itu. Hingga kini, keberadaan Abu Safia belum diketahui.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kehilangan kontak dengan Abu Safia sejak penyerbuan tersebut. Kekhawatiran meningkat atas keselamatan dokter berusia 51 tahun ini, yang dikenal luas karena dedikasinya dalam merawat pasien di tengah situasi genting di Gaza.

Menurut Munir al-Barsh, Direktur Kementerian Kesehatan Gaza, Abu Safia mengalami perlakuan kasar selama penangkapan. Ia dipukuli habis-habisan dengan tongkat dan pentungan, dipaksa menanggalkan pakaian, dan mengenakan seragam tahanan.

"Ini adalah kedua kalinya Abu Safia ditangkap oleh pasukan Israel dalam beberapa bulan terakhir," ujar al-Barsh.

Baca juga: Israel Tahan Direktur RS Kamal Adwan Abu Safia, dan Bakar Rumah Sakit

Abu Safia bukan sekadar seorang dokter, ia adalah simbol keteguhan di tengah krisis kemanusiaan. Lahir pada 21 November 1973 di kamp pengungsi Jabalia, keluarganya merupakan bagian dari pengungsi Palestina sejak tahun 1948.

Sebagai seorang spesialis anak dengan sertifikasi di bidang pediatri dan neonatologi, ia memiliki peran penting dalam menjaga layanan kesehatan tetap berjalan di tengah blokade yang menghancurkan.

Pada 5 Oktober lalu, ketika Israel mulai memblokade Jalur Gaza utara, Abu Safia menolak untuk meninggalkan Rumah Sakit Kamal Adwan. Bersama tim medis kecil, ia terus merawat puluhan pasien yang terluka akibat serangan udara dan penembakan.

Dalam penyerbuan sebelumnya, Abu Safia kehilangan putranya, Ibrahim, yang tewas akibat serangan pesawat nirawak Israel di gerbang rumah sakit. Dengan penuh kesedihan, ia memimpin salat jenazah untuk putranya di halaman rumah sakit, di tengah reruntuhan dan kepedihan.

Meski didera kehilangan, Abu Safia tetap berdiri tegak. Baginya, meninggalkan pasien dan rumah sakit bukanlah pilihan.

"Ini tidak akan menghentikan kami," ujar Abu Safia setelah terluka oleh pecahan peluru dari serangan pesawat nirawak pada 23 November.

Ia mengalami enam luka di paha yang merusak pembuluh darahnya. Namun, ia tetap bersikeras untuk kembali bekerja setelah pulih.

"Darah saya tidak lebih berharga daripada darah rekan-rekan saya atau orang-orang yang kami layani," tambahnya dengan penuh tekad.

Baca juga: Direktur RS Kamal Adwan Minta Bantuan Internasional Sebelum Terlambat

Selain bertahan di rumah sakit, Abu Safia aktif menyampaikan kondisi di Gaza kepada dunia melalui video dan pernyataan resmi. Ia berkali-kali memohon intervensi internasional untuk menghentikan serangan dan blokade di Jalur Gaza.

Bagi Abu Safia, rumah sakit adalah garis pertahanan terakhir bagi warga sipil yang terluka. Ia tidak hanya merawat fisik pasien tetapi juga menjaga harapan mereka untuk bertahan hidup.

Penangkapan dan penganiayaan terhadap Abu Safia mencerminkan betapa rentannya layanan kesehatan di Gaza. Namun, sosoknya menjadi simbol perjuangan di tengah keterbatasan.

Meskipun belum ada kabar mengenai keberadaannya, semangat Abu Safia tetap hidup dalam ingatan mereka yang pernah ia tolong dan dalam perjuangan tim medis yang bertahan di Gaza.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post