×
image

Makna Jumat Agung: Saat Umat Kristiani Mengenang Pengorbanan Yesus

  • image
  • By Shandi March

  • 18 Apr 2025

Jumat Agung termasuk dalam Tri Hari Suci jelang perayaan Paskah yang jatuh pada Minggu (20/4).  (X@smartfrencare)

Jumat Agung termasuk dalam Tri Hari Suci jelang perayaan Paskah yang jatuh pada Minggu (20/4). (X@smartfrencare)


LBJ– Jumat Agung menjadi salah satu momen paling sakral bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Perayaan ini diperingati setiap hari Jumat sebelum Minggu Paskah. Tahun ini, Jumat Agung jatuh pada 18 April 2025, dan umat Kristiani merayakannya dalam suasana khidmat, penuh refleksi, serta syukur atas pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.

Peristiwa Jumat Agung memperingati penderitaan dan kematian Yesus demi menebus dosa seluruh umat manusia. Suasana duka dan penyesalan mewarnai setiap ibadah yang dilangsungkan pada hari ini. Tidak ada perayaan, hanya keheningan, doa, dan penyembahan terhadap salib yang menjadi simbol kasih terbesar.

Dalam tradisi gereja, Jumat Agung dipahami sebagai hari pengorbanan, bukan sekadar kisah tragis. Buku Aku, Kamu dan Adorasi karya Emanuel Martasudjita, Pr. Menjelaskan bahwa wafat Yesus adalah wafat satu orang bagi seluruh bangsa dan bahkan segala bangsa di semua tempat dan sepanjang zaman.

Yesus tidak hanya menjadi martir, tetapi juga aktor utama dalam drama penebusan. Dalam kisah sengsara yang dibacakan menurut Injil Yohanes, Yesus tampil sebagai figur yang sadar dan rela menjalani penderitaan demi menyelamatkan umat manusia.

Baca juga : Jumat Agung 18 April 2025: Sejarah, Makna, dan Rangkaian Tradisinya di Indonesia

Liturgi Tanpa Ekaristi, Namun Sarat Makna

Berbeda dari misa biasa, Jumat Agung tidak menyertakan perayaan Ekaristi. Liturgi yang digelar sekitar pukul 15.00 terdiri atas tiga bagian utama: perayaan sabda, penghormatan salib, dan penerimaan komuni. Fokus utama bukan pada perjamuan, melainkan pada penyembahan salib sebagai lambang pengorbanan ilahi.

Umat Kristiani biasanya mengenakan pakaian hitam atau abu-abu, sebagai lambang berkabung atas wafatnya Yesus. Setelah ibadah resmi, umat diberikan kesempatan untuk melakukan penghormatan pribadi terhadap salib.

Paus Benediktus XVI dalam ensikliknya Deus Caritas Est menuliskan:

"Tindakan (kasih) Allah mengambil bentuk dramatis dalam hal bahwa Allah dalam Yesus Kristus sendiri mencari "domba yang hilang", umat manusia yang menderita dan hilang. Bila Yesus dalam perumpamaan berbicara tentang gembala yang mencari domba yang hilang, perempuan yang mencari dirham, bapa yang menyambut anaknya yang hilang dan memeluknya, maka itu semua bukan hanya kata-kata, melainkan penjelasan tentang diri-Nya dan tindakan-Nya. Dalam wafat-Nya di salib terwujudlah sikap Allah terhadap diri-Nya sendiri; Ia menganugerahkan diri untuk mengangkat dan menyelamatkan manusia - kasih dalam bentuk paling radikal." (Deus Caritas Est 12).

Yesus bukan hanya menyelamatkan, Ia mengangkat dan memeluk umat yang tersesat dengan kasih yang radikal. Di salib, kasih Allah menjelma dalam bentuk paling ekstrem — bukan hanya simbol, melainkan kurban nyata yang menghapus dosa dunia.

Baca juga : Misa Jumat Agung Gereja Katedral Jakarta Digelar Offline dan Online, Jadwal Ibadat 3 Sesi

Dalam Injil Yohanes 12:32-33, Yesus berkata, “...dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku. Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati.”

Menurut refleksi dari Santo Yohanes Paulus II, kematian Yesus bukan sekadar tragedi, melainkan tindakan sukarela yang memiliki nilai pengurbanan. Dalam setiap misa Kudus, makna pengurbanan ini kembali dihadirkan secara sakramental sepanjang zaman.

Jumat Agung sangat penting bagi umat Kristiani, karena Jumat Agung adalah puncak dari kasih ilahi. Hari ini menjadi pengingat bahwa keselamatan tidak datang dengan mudah, melainkan ditebus melalui darah dan penderitaan. Dalam salib, umat Kristiani melihat harapan, bukan keputusasaan.

Liturgi Jumat Agung menekankan pada penghormatan terhadap salib. Bahkan jika umat tidak bisa menyentuhnya secara fisik, mereka tetap menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Salib bukan lagi simbol kematian, tetapi lambang kemenangan atas dosa dan maut.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post