Tarif Impor AS 32 Persen Ancam Investasi Padat Karya Jawa Tengah
By Cecep Mahmud
10 Apr 2025

Kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat, akan berdampak pada iklim investasi di Jawa Tengah. (foto X)
LBJ - Kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Indonesia diperkirakan akan berdampak pada iklim investasi di Jawa Tengah. Sektor padat karya menjadi perhatian utama. Amerika Serikat mendominasi struktur ekspor Jawa Tengah pada tahun 2024. Kontribusinya mencapai 41,53 persen dengan nilai 4.470 juta dollar AS.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, Sakina Rosellasari, menjelaskan produk ekspor utama ke AS.
Produk tersebut meliputi alas kaki, garmen, dan pakaian jadi rajut maupun non-rajut.
"Jadi sekitar 41,53 persen itu ke Amerika. Kemudian (ekspornya) langsung terjun ke negara lain," ujarnya di kompleks Gubernur Jateng, Rabu (9/4/2025).
Meskipun kebijakan perdagangan global ini baru diberlakukan, Sakina meyakini dampaknya akan dirasakan Jawa Tengah.
"Memang untuk saat ini belum merasakan (kebijakan Trump). Karena ya itu tadi kan masih baru ditentukan, kemudian belum pelaksanaan atau masih dalam proses. Nah, tapi dipastikan itu akan juga mengganggu," ungkapnya.
Baca juga: Imbas Layanan Sistem Bank DKI Terganggu, Lapor Bareskrim dan Ganti Personel
Koordinasi diperlukan untuk mengukur seberapa besar gangguan yang akan terjadi.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya meminimalisir dampak perang dagang. Salah satunya dengan memperluas pangsa pasar ekspor. Plt Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng tengah berkoordinasi dengan pelaku usaha.
Diskusi dilakukan terutama dengan sektor padat karya. Sektor ini mendominasi investasi dan kegiatan industri di Jawa Tengah.
"Strategi tentunya kami harapannya adalah kalau memang garmen alas kaki itu padat karya yang ada di Jawa Tengah, strategi yang kami inginkan sebetulnya adalah pangsa pasar," tegasnya.
Diversifikasi pasar ekspor diharapkan tidak hanya bergantung pada Amerika Serikat. Potensi pasar di berbagai negara lain akan terus dikembangkan.
Baca juga: Krisis Gizi Mengancam Puluhan Ribu Anak di Gaza Akibat Blokade Bantuan Israel
Sakina menambahkan bahwa Jawa Tengah mencatat surplus ekspor-impor pada tahun 2024. Total ekspor non-migas diperkirakan mencapai 10.763 juta dollar AS pada tahun 2025. Sementara impor non-migas diprediksi sebesar 7.842 juta dollar AS.
Di tengah dinamika pasar perdagangan global, Sakina berharap kebijakan tarif AS tidak menyebabkan PHK massal.
"Pastinya ini kayak bola juga ya. Jadi, kami berharap investasi di Jawa Tengah itu tetap seperti tahun-tahun yang lalu. Jadi, ada peningkatan yang luar biasa," pungkasnya.
Peningkatan investasi diharapkan menyerap banyak tenaga kerja dan memperluas tujuan ekspor.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini