Israel Akui Kesalahan Serangan yang Tewaskan 15 Petugas Medis di Gaza
By Cecep Mahmud
06 Apr 2025

Kendaraan ambulan konvoi menyalakan lampu saat merespon panggilan membantu korban luka-luka. (tangkap layar X)
LBJ - Tentara Israel mengakui adanya kesalahan dalam serangan yang terjadi pada 23 Maret 2025 di Gaza selatan. Serangan tersebut mengakibatkan tewasnya 15 pekerja darurat atau petugas medis. Pengakuan ini disampaikan setelah penyelidikan awal terkait insiden yang menargetkan konvoi ambulans Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), mobil PBB, dan truk pemadam kebakaran dari Pertahanan Sipil Gaza yang sedang menuju Rafah.
Awalnya, pihak Israel mengklaim bahwa pasukan mereka melepaskan tembakan karena konvoi kendaraan mendekat secara mencurigakan.
Mereka menyebutkan kendaraan tidak menyalakan lampu depan atau lampu kedip dalam kegelapan malam. Selain itu, pergerakan konvoi tersebut diklaim tidak dikoordinasikan atau disetujui oleh pihak militer Israel.
Namun, rekaman video dari salah satu paramedis yang tewas menunjukkan hal yang berbeda. Video tersebut memperlihatkan kendaraan konvoi menyalakan lampu saat merespons panggilan untuk membantu korban luka-luka.
Baca juga: PBB: Rata-rata 100 Anak di Gaza Tewas atau Terluka Setiap Hari Sejak 18 Maret
Video seluler yang beredar juga menunjukkan suasana fajar ketika tembakan mulai terjadi tanpa peringatan, mengarah ke kendaraan yang berhenti di jalan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sempat menyatakan adanya keterkaitan beberapa paramedis dengan Hamas. Akan tetapi, hingga saat ini tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.
IDF juga mengakui bahwa para paramedis tersebut tidak bersenjata saat tembakan dilepaskan. Rekaman video yang pertama kali dibagikan oleh New York Times memperjelas bahwa kendaraan-kendaraan tersebut terlihat dengan lampu menyala dan para petugas medis mengenakan seragam reflektif.
Tembakan dimulai setelah sebuah ambulans berhenti di samping mobil yang diduga membawa anggota Hamas. Meskipun demikian, tidak ada indikasi bahwa tim medis terlibat dalam aktivitas militan.
Setelah serangan, tentara Israel dilaporkan mengubur jenazah para korban di pasir. Tindakan ini disebut untuk melindungi jenazah dari hewan buas. Kendaraan-kendaraan yang hancur juga dipindahkan dan dikubur pada hari berikutnya. Jenazah para petugas medis baru ditemukan seminggu kemudian akibat sulitnya akses ke lokasi kejadian.
Pihak berwenang juga menemukan rekaman telepon genggam Refat Radwan, salah satu paramedis yang tewas. Rekaman tersebut berisi detik-detik terakhir sebelum tembakan dimulai.
Baca juga: Iran Tolak Negosiasi Langsung dengan AS, Sebut "Tidak Berarti"
Pejabat militer Israel membantah laporan yang menyebutkan para paramedis diborgol atau dieksekusi dari jarak dekat. Seorang paramedis yang selamat memberikan kesaksian kepada BBC.
Ia menyatakan bahwa ambulans yang mereka gunakan, dengan lampu menyala, tidak terkait dengan kelompok militan manapun. Kesaksian ini membantah klaim awal dari pihak Israel.
IDF menyatakan akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terkait insiden tragis ini. Mereka berjanji untuk memastikan urutan kejadian yang sebenarnya dan memperbaiki prosedur penanganan di masa mendatang.
Organisasi internasional, termasuk Bulan Sabit Merah Palestina dan berbagai badan internasional lainnya, mendesak dilakukannya penyelidikan independen atas serangan tersebut.
Sejak serangan udara dan darat Israel kembali dilanjutkan pada 18 Maret, lebih dari 1.200 orang dilaporkan tewas di Gaza. Data ini disampaikan oleh kementerian kesehatan yang dikelola oleh Hamas. Insiden ini menambah daftar panjang korban jiwa di tengah konflik yang berkepanjangan.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini