Trump Kembali Menang, Tantangan Proteksionisme AS bagi Ekonomi Indonesia
By Cecep Mahmud
07 Nov 2024

Donald Trump saat pidato kemenangan. (Foto X)
LBJ - Terpilihnya Donald Trump kembali sebagai Presiden Amerika Serikat membawa gelombang kebijakan proteksionisme baru yang berdampak luas, terutama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dengan kampanye “America First” yang semakin digencarkan, Trump memenangkan pemilihan presiden AS 2024 dengan perolehan suara sekitar 50,9 persen, mengalahkan Kamala Harris.
Pendekatan proteksionisme ini memprioritaskan ekonomi domestik AS dan mengurangi ketergantungan pada negara lain, yang bagi Indonesia, membuka serangkaian tantangan ekonomi.
“Proteksionisme di negara maju sering kali membatasi ruang bagi pertumbuhan negara berkembang,” ujar Dani Rodrik, Profesor Ekonomi di Harvard, memperingatkan.
Kebijakan proteksionisme Trump, yang dikenal dengan pendekatan “America First,” bertujuan melindungi industri dalam negeri AS dari persaingan global. Tarif impor tinggi diberlakukan untuk mengurangi ketergantungan AS pada produk asing.
Baca juga: Lebanon Ajukan Keluhan ke ILO atas Serangan Israel yang Tewaskan Ribuan Pekerja
Joseph Stiglitz, ekonom dan pemenang Nobel Ekonomi, menjelaskan, “Proteksionisme dapat merusak rantai pasok global dan menekan negara berkembang yang sangat bergantung pada akses pasar internasional.”
Bagi Indonesia, kebijakan ini mempengaruhi sektor ekspor utama seperti tekstil, elektronik, dan sepatu, yang memiliki ketergantungan pada pasar AS. Langkah proteksionis tersebut dapat memicu ketidakpastian dan menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Namun, Indonesia dapat memanfaatkan tantangan ini sebagai dorongan untuk meningkatkan kualitas dan inovasi produk lokal.
“Dampak proteksionisme AS bisa mendorong negara berkembang mencari strategi baru, seperti diversifikasi produk dan fokus pada pasar regional,” kata Jeffrey Sachs, Direktur Earth Institute, Columbia University.
Baca juga: Joe Biden Telepon Trump, Pastikan Transisi Kekuasaan yang Lancar
Indonesia kini berpeluang memperkuat kerja sama dengan negara-negara Asia Pasifik, seperti China dan Jepang, guna mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
Menurut Sachs, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sebaiknya memperkuat kerja sama regional, misalnya melalui ASEAN. Langkah ini penting untuk menciptakan pasar yang stabil dan tangguh di tengah tantangan proteksionisme AS.
Paul Krugman, ekonom peraih Nobel, menambahkan bahwa negara-negara berkembang bisa memperkuat sektor-sektor bernilai tambah yang sulit digantikan, seperti produk berbasis teknologi.
Baca juga: Trump Klaim Menang dalam Pemilu 2024: “Amerika Memberi Mandat Kuat”
Di tengah tekanan global ini, pemerintah Indonesia perlu memberi insentif pajak, menyederhanakan perizinan, dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja.
Tujuannya adalah mempercepat transformasi ekonomi menuju industri bernilai tambah tinggi, bukan hanya sebagai eksportir komoditas mentah.
Investasi besar dalam infrastruktur, seperti jalan tol dan pelabuhan, juga menjadi upaya mendorong daya saing produk lokal di pasar internasional.
Arvind Subramanian, mantan Kepala Penasihat Ekonomi India, menyarankan agar negara berkembang berinvestasi pada sektor teknologi dan energi terbarukan.
“Diversifikasi ekonomi dan pengembangan sektor berkelanjutan dapat mengurangi ketergantungan pada AS,” ujarnya.
Proteksionisme Trump juga menjadi peluang bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia untuk memperluas jangkauan produk melalui e-commerce dan inovasi digital.
Dengan bantuan teknologi, UKM dapat mengakses pasar internasional yang lebih luas dan menargetkan konsumen dengan kebutuhan khusus. Selain itu, pemerintah bisa memberikan pelatihan digital agar UKM mampu berkompetisi secara global.
Proteksionisme AS memaksa Indonesia memperkuat kemandirian ekonomi dan meningkatkan daya saing produk lokal. Pemerintah perlu fokus pada penguatan pasar domestik dan diversifikasi ekonomi agar tidak bergantung pada satu pasar.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat menciptakan sistem ekonomi yang lebih stabil dan tangguh, serta memberi peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan UKM.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini