Harris dan Trump Bersaing Ketat di Negara Bagian Kunci Menjelang Pemilu AS 2024
By Cecep Mahmud
04 Nov 2024
Persaingan antara Donald Trump dan Kamala Harris jelang pelaksanaan Pemilu Amerika kian memanas. (Foto X)
LBJ - Menjelang Pemilu Presiden Amerika Serikat pada 5 November, persaingan ketat antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump semakin memanas. Keduanya berfokus pada kampanye di negara bagian kunci yang diyakini akan menentukan pemenang Gedung Putih. Kedua kubu menerapkan strategi khusus demi memenangkan pemilih penting di tengah persaingan yang semakin sengit.
Menurut laporan NBC News, Harris dan Trump bersaing di tujuh negara bagian penting, termasuk Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin. Negara bagian ini dikenal sebagai "Blue Wall" karena historisnya sebagai basis Demokrat, meskipun beberapa kali bergeser mendukung Partai Republik, seperti pada 2016 saat Trump menang di wilayah tersebut.
Harris mengambil pendekatan yang menekankan dukungan terhadap pemilih kulit hitam, Latin, dan Asia Amerika. Kelompok-kelompok ini secara historis mendukung Partai Demokrat, tetapi beberapa survei menunjukkan ada peningkatan ketertarikan pada Trump di antara mereka.
“Kami percaya dukungan minoritas sangat penting untuk menyeimbangkan kekuatan Trump di wilayah lain,” ujar juru bicara kampanye Harris.
Untuk menarik pemilih perempuan, terutama terkait isu hak reproduksi, Harris menekankan pada pentingnya hak aborsi setelah kasus Roe v. Wade dicabut pada 2016. Ia bahkan tampil di siniar "Call Her Daddy" demi menarik minat perempuan muda yang umumnya kurang terlibat dalam politik.
Di sisi lain, Trump memperkuat dukungannya di wilayah pedesaan dan kelompok pemilih pria muda. Menggunakan platform seperti siniar Joe Rogan, Trump menyasar pemilih yang kecewa dengan politik tradisional dan cenderung mencari informasi di luar media arus utama.
“Kami ingin mendekatkan pesan kami kepada pemilih yang merasa diabaikan oleh politik lama,” kata seorang anggota kampanye Trump.
Trump juga menggandeng figur seperti Elon Musk melalui organisasi seperti Turning Point Action dan America PAC untuk memperkuat pesan kampanyenya di kalangan milenial.
Strategi yang berbeda dari kedua kubu menciptakan tantangan unik bagi mereka. Kampanye Harris fokus pada mobilisasi pemilih dengan pendekatan door-knocking yang intensif.
Sementara itu, Trump lebih memilih mengadakan rapat umum besar dan mengandalkan media sosial, namun kurang dalam membangun infrastruktur lapangan tradisional.
Beberapa ahli GOP menyatakan kekhawatiran atas pendekatan Trump.
“Ketidakhadiran strategi lapangan yang kuat bisa berdampak buruk di negara bagian dengan persaingan ketat,” ujar seorang analis GOP.
Dengan sistem Electoral College, pemilu AS tak hanya mengandalkan suara terbanyak, tetapi pada perolehan suara elektoral. Setiap negara bagian memiliki alokasi suara berdasarkan populasinya. Seorang kandidat harus mengumpulkan minimal 270 suara elektoral untuk memenangkan pemilu.
Dalam persaingan yang begitu ketat, hasil pemilu kali ini sangat bergantung pada partisipasi pemilih dan perubahan dukungan di menit-menit terakhir. Semua mata tertuju pada pemilih di negara bagian kunci, yang diyakini akan menjadi penentu siapa yang akan memimpin Amerika Serikat untuk empat tahun mendatang.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini