×
image

Kelaparan dan Krisis di Gaza Utara, Pejabat Oxfam: "Palestina Mati Perlahan"

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 28 Oct 2024

Warga Gaza Utara berusaha bertahan dibawah reruntuhan bangunan dan kelaparan yang mendera. (Foto X)

Warga Gaza Utara berusaha bertahan dibawah reruntuhan bangunan dan kelaparan yang mendera. (Foto X)


LBJ - Kondisi kehidupan warga Gaza semakin tak tertahankan akibat pengepungan dan serangan intensif yang kini memasuki hari ke-23. Mahmoud Alsaqqa, Kepala Keamanan Pangan dan Mata Pencaharian Oxfam di Gaza, memperingatkan bahwa banyak warga di wilayah tersebut kini menghadapi kelaparan ekstrem.

"Mereka bertahan tanpa pasokan, dan situasi semakin kritis," ungkapnya, Minggu (29/10).

Pengeboman Israel terhadap Gaza Utara berdampak besar pada akses bantuan. Alsaqqa menegaskan, Israel menggunakan kelaparan sebagai "senjata" dalam upaya genosida terhadap Palestina.

"Orang-orang telah puluhan hari tidak menerima pasokan apa pun," katanya.

Baca juga: Serangan Israel di Gaza Tewaskan 50 Warga Palestina Dalam Sehari

Data menunjukkan sekitar 96 persen warga Gaza kini menghadapi kelangkaan pangan tinggi, dengan sembilan dari 10 anak mengalami kekurangan gizi akut.

Menurut UNICEF, kondisi tersebut telah menyebabkan 37 anak kehilangan nyawa akibat kekurangan gizi dan dehidrasi. Sementara itu, PBB mencatat bahwa Israel telah memblokir masuknya sekitar 83 persen bantuan pangan ke Gaza sejak perang dimulai.

"Sebanyak 50.000 anak balita memerlukan perawatan gizi segera," ungkap laporan PBB.

Pada hari yang sama, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak adanya gencatan senjata segera dan penegakan hukum internasional atas tindakan militer Israel di Gaza Utara.

"Kehancuran ini tak sesuai dengan hukum humaniter internasional," tegasnya di platform media sosial X.

Baca juga: Pasukan Israel Mundur dari RS Kamal Adwan Tinggalkan Kerusakan Parah

Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional menggambarkan situasi warga sipil Gaza Utara dalam kondisi "mengerikan" dengan terbatasnya akses medis dan ketidakmampuan evakuasi akibat pertempuran.

Serangan udara Israel semakin gencar. Di kota Beit Lahiya, sedikitnya 35 orang tewas saat lima bangunan dihantam bom. Serangan terhadap Jabalia dan Beit Hanoon juga memicu evakuasi besar-besaran. Namun, menurut Hani Mahmoud dari Al Jazeera, beberapa warga yang telah dievakuasi justru dibom di tempat tujuan evakuasi.

"Mereka diperintahkan meninggalkan Jabalia, namun malah diserang di lokasi evakuasi," jelas Mahmoud.

Selain itu, serangan darat oleh tentara Israel turut menyebabkan puluhan ribu warga terusir dari rumah mereka. Laporan Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan, pengepungan ini telah menewaskan sekitar 800 warga Palestina, dengan puluhan lainnya hilang dalam reruntuhan.

Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, menegaskan bahwa seluruh penduduk Gaza berada dalam ancaman genosida.

"Ini terjadi di depan mata kita," tulisnya di media sosial.

Aktivis hak asasi manusia mendesak dunia internasional bertindak cepat untuk menghentikan kondisi ini.

Di tengah upaya memerangi pejuang Hamas, Israel menyatakan bahwa serangan ini bertujuan membasmi infrastruktur militer Hamas di Jabalia. Namun, Mansour Shouman, seorang jurnalis Palestina, menuduh Israel mencoba mengusir warga Palestina dari Gaza Utara untuk menciptakan zona pemukiman baru.

"Mereka ingin menciptakan zona penyangga dan membangun permukiman di sana," ungkap Shouman.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post