Lebanon Tidak akan Terima Tuntutan Israel dan Amerika
By Cecep Mahmud
22 Oct 2024

Utusan Presiden AS Amos Hochstein dan ketua parlemen Lebanon Nabih Berri, bertemu untuk membahas tuntutan yang diajukan Israel dan AS. (Foto X)
LBJ - Utusan khusus Presiden AS, Amos Hochstein, tiba di Beirut pada pekan ini. Kunjungannya bertujuan menjajaki solusi diplomatik untuk konflik yang tengah berlangsung antara Israel dan Lebanon. Namun, ketegangan semakin memuncak setelah Israel mengajukan tuntutan zona penyangga di perbatasan Lebanon.
Seorang pakar dari Roma, Dr. Lorenzo Trombetta, menyebutkan bahwa tuntutan Israel tersebut “tidak realistis.”
“Lebanon sebagai negara tidak akan pernah menerima gagasan ini,” tegas Trombetta dalam wawancaranya dengan Sputnik.
Baca juga: Gedung Putih Prihatin dengan Kebocoran Informasi Serangan Israel ke Iran
Pemerintah Lebanon menolak tegas tuntutan Israel untuk membentuk sabuk keamanan di wilayah perbatasan selatan. Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, dan Ketua Parlemen Nabih Berri, mengadakan pertemuan dengan Hochstein untuk membahas tuntutan tersebut.
Trombetta menjelaskan bahwa Lebanon tidak bisa menerima kondisi yang diajukan oleh Israel dan Amerika Serikat.
"Lebanon tidak akan setuju dengan ide Israel menciptakan zona penyangga melalui Resolusi 1701," ujarnya.
Bagi Israel, tuntutan zona penyangga tersebut bukan hanya soal keamanan di Galilea. Menurut Trombetta, tujuan strategis Israel adalah mendapatkan kendali atas sumber daya energi di Sungai Litani dan Awali.
Baca juga: Gempuran Israel di Beit Lahia: Anak-anak dan Wanita Terjebak di Tengah Konflik
“Israel ingin memperluas pengaruhnya di Lebanon selatan, tidak hanya untuk keamanan, tetapi juga untuk keuntungan strategis yang lebih besar,” jelas Trombetta.
Situasi politik Lebanon semakin rumit dengan adanya berbagai kepentingan elit politik. Mikati yang lebih terikat pada agenda Eropa dan AS, sedangkan Berri, sekutu taktis Hizbullah, memiliki pandangan berbeda. Berri sangat berhati-hati dalam menyikapi tuntutan Israel karena posisi politiknya sangat terpengaruh oleh situasi di selatan.
“Mikati dan Berri akan terus bernegosiasi, tetapi dengan kepentingan yang berbeda-beda,” kata Trombetta.
Meskipun Hizbullah masih kuat, Mikati dan Berri tetap akan berperan penting dalam fase transisi politik Lebanon.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini