×
image

Bukan Plagiat, Begini Kronologi Hasil Turnitin Disertasi Bahlil Lahadalia

  • image
  • By Shandi March

  • 19 Oct 2024

bahlil lahadalia (Foto:IG@bahlillahadalia)

bahlil lahadalia (Foto:IG@bahlillahadalia)


LBJ - Beredar kabar mengenai disertasi milik Bahlil Lahadalia, yang terdeteksi memiliki 95 persen kemiripan dalam hasil cek Turnitin.

Disertasi tersebut diduga mirip dengan karya tulis milik mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memicu spekulasi bahwa Menteri Investasi Indonesia ini telah melakukan plagiarisme.

Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, Bahlil ternyata tidak terbukti melakukan tindakan plagiat.

Dosen sekaligus pegiat media sosial, Ardianto Satriawan, menjelaskan bahwa deteksi kemiripan yang mencapai 95 persen tersebut muncul akibat kesalahan teknis.

Disertasi Bahlil sebelumnya dicek menggunakan akun Turnitin milik UIN, dan tanpa disadari, disertasi tersebut tersimpan di repository (repo) UIN.

Akibatnya, saat disertasi Bahlil dicek ulang melalui Turnitin, sistem mendeteksi kemiripan tinggi karena disertasi tersebut dibandingkan dengan dirinya sendiri.

"Maka jika dibandingkan dengan hasil cek Turnitin hari ini, masuk akal jika hasilnya mencapai 95 persen. Sebab keduanya merupakan hasil karya yang sama," jelas Ardianto Satriawan.

Dengan demikian, tuduhan plagiarisme terhadap Bahlil Lahadalia terbantahkan. Disertasi tersebut hanya menunjukkan kesalahan sistem, dan tidak ada bukti bahwa karya tersebut menjiplak milik orang lain.

Polemik Publik tentang Gelar Doktor Bahlil

Meskipun telah terbukti bahwa disertasi Bahlil bukan hasil jiplakan, gelar doktornya dari Universitas Indonesia (UI) masih menjadi sorotan publik.

Pasalnya, Bahlil berhasil menyelesaikan studi doktoralnya hanya dalam waktu 1 tahun 8 bulan, yang dinilai sangat cepat untuk ukuran program doktoral di Indonesia.

Beberapa pihak mempertanyakan bagaimana Bahlil bisa menyelesaikan studinya dalam waktu sesingkat itu.

Beberapa akademisi menyoroti kecepatan Bahlil dalam menyelesaikan program doktoralnya. Rizal Darmawan, akademisi dari Universitas Airlangga, menilai waktu 1 tahun 8 bulan untuk menyelesaikan studi doktoral "terasa tidak wajar."

Selain itu, Ade Armando, dosen Universitas Indonesia, juga meragukan kualitas disertasi Bahlil, mengingat jadwal padat sebagai menteri.

Terkait hal ini, pihak Universitas Indonesia menegaskan bahwa proses studi Bahlil tetap sesuai aturan dan standar akademik. Namun, polemik mengenai kecepatan penyelesaian gelar ini masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi dan publik​.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post