×
image

Prabowo Akomodasi Semua, Tapi Arah Kepemimpinan Entah Kemana?

  • image
  • By Priya Husada

  • 18 Oct 2024

Pembekalan calon menteri Kabinet Prabowo-Gibran (foto: istimewa)

Pembekalan calon menteri Kabinet Prabowo-Gibran (foto: istimewa)


LBJ - Sebastian Salang, seorang pengamat politik, menyampaikan pandangannya yang cukup mengejutkan terkait pembentukan kabinet baru oleh Presiden Prabowo. Dalam wawancara dengan LBJ pagi ini (18/10), ia mempertanyakan arah dan gagasan besar yang dimiliki oleh Prabowo untuk Indonesia lima tahun ke depan. Ia juga mengkritisi disorientasi yang terlihat dalam penyusunan kabinet, yang dinilai terlalu besar dan sekadar untuk mengakomodasi berbagai kekuatan politik.

Disorientasi di Tengah Euforia

Dalam wawancara yang berlangsung santai, Salang mengungkapkan rasa terkejutnya terhadap arah kepemimpinan Prabowo pasca terpilih. Menurutnya, Prabowo terlihat seperti kehilangan orientasi setelah dilantik sebagai presiden. “Seperti larut dalam euforia,” ungkapnya, yang disertai kekhawatiran mengenai arah kebijakan Prabowo ke depan. Salang menyoroti bahwa seharusnya ada gagasan besar yang bisa diterjemahkan dalam pembentukan kabinet, namun ia tidak melihat itu terjadi.

Salang juga menyebut bahwa penyusunan kabinet ini tidak mencerminkan rencana matang yang menggambarkan arah visi lima tahun ke depan. Menurutnya, Prabowo terlihat bingung menentukan arah dan tujuan kebijakannya, sehingga kabinet yang dibentuk menjadi sangat besar dan terkesan hanya untuk mengakomodasi semua pihak.

Ada 11 Perempuan dari 108 Calon Anggota Kabinet Prabowo, Salah Satunya Sri Mulyani

Kehilangan Gagasan Besar

Salang mempertanyakan siapa sebenarnya pihak-pihak yang berada di belakang keputusan-keputusan Prabowo dalam menyusun kabinet. Ia menyinggung pentingnya adanya tim transisi atau think tank yang kuat, yang biasanya mendampingi presiden terpilih untuk merumuskan kebijakan awal dan pembentukan kabinet. “Kalau Jokowi dulu punya tim transisi yang jelas, sekarang saya tidak melihat ada wacana atau gagasan besar di balik penyusunan kabinet ini,” ujarnya.

Ketidakhadiran tim transisi yang kuat ini, menurut Salang, menjadi salah satu alasan utama disorientasi yang terjadi dalam penyusunan kabinet Prabowo. Hal ini menambah kekhawatiran publik tentang arah pemerintahan Prabowo di awal masa jabatannya.

Akomodasi Politik atau Kebingungan?

Salah satu kritik utama yang disampaikan oleh Salang adalah besarnya jumlah menteri dalam kabinet Prabowo. Ia menilai, kabinet yang besar ini dibentuk semata-mata untuk mengakomodasi berbagai kekuatan politik yang mendukung Prabowo. “Sekjen NU diambil, Sekjen Muhammadiyah diambil, semua partai ingin diakomodasi, tapi tidak semuanya bergabung,” jelasnya.

Salang juga mengkritik pengangkatan sejumlah tokoh partai menjadi menteri. Menurutnya, hal ini hanya untuk menyetarakan posisi ketua-ketua partai yang ada, sehingga menambah jumlah menteri tanpa mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi. “Ini kabinet yang besar, tapi kita tidak tahu apa yang ingin diwujudkan dengan semua ini,” ujarnya, menyoroti ketidakjelasan arah kebijakan yang ingin diambil oleh Prabowo.

Jokowi Sahkan UU Kementerian Baru, Kabinet Prabowo Bisa Jadi Obesitas

Tantangan Konsolidasi Kabinet

Dengan kabinet yang besar dan akomodatif, Salang juga mempertanyakan bagaimana Prabowo akan mengkonsolidasikan semua pihak yang terlibat dalam kabinetnya. Menurutnya, konsolidasi birokrasi dan pengaturan kerja antarmenteri bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi dengan jumlah menteri yang banyak. “Satu atau dua tahun pertama mungkin kita akan melihat kebingungan, karena kabinet yang besar ini sulit untuk dikonsolidasikan,” kata Salang.

Ia juga menyoroti persoalan efektivitas dan efisiensi yang akan dihadapi Prabowo dalam menjalankan pemerintahannya. Menurutnya, logika manajemen modern seharusnya mengedepankan efisiensi, dengan teknologi yang dapat membantu pekerjaan pemerintahan. Namun, kabinet yang besar ini justru bertentangan dengan prinsip-prinsip manajemen modern.

Pengawasan Publik dan Parlemen

Ketika ditanya mengenai pengawasan terhadap pemerintahan Prabowo, Salang menjawab dengan nada pesimistis. Ia memperkirakan bahwa satu atau dua tahun pertama pemerintahan Prabowo akan menerima kritik yang tajam dari publik. Kritik ini bisa datang dari masyarakat maupun dari parlemen. “Parlemen masih cukup kuat dengan adanya oposisi 40%, ini bukan jumlah yang sedikit,” jelasnya.

Prabowo Hari ini Akan Memanggil Lebih Banyak Calon Pejabat Kabinet

Salang juga menyoroti pentingnya peran masyarakat sipil dalam mengawasi pemerintahan Prabowo. “Masyarakat sipil tidak boleh tidur sekarang, mereka harus terus mengawasi,” ujarnya tegas. Menurutnya, jika Prabowo tidak bisa mengkonsolidasikan kabinetnya dan menunjukkan kinerja yang baik, ia akan menghadapi kritik yang sangat tajam dari berbagai pihak.

Di tengah situasi ini, tanggung jawab untuk menyelamatkan Indonesia dari jalur yang salah tidak lagi berada di tangan pemerintah, tetapi di tangan masyarakat. Masyarakat sipil harus bangkit dan memperjuangkan prinsip-prinsip demokrasi, akuntabilitas, dan kemajuan nyata agar Indonesia tidak terjebak dalam inefisiensi dan otoritarianisme.

Kabinet yang besar dan akomodatif dinilai tidak mencerminkan gagasan besar yang seharusnya dimiliki oleh seorang presiden. Salang berharap agar Prabowo dapat segera keluar dari disorientasi ini dan mulai menunjukkan kinerja yang lebih terarah dan efektif demi kepentingan rakyat Indonesia.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Tags:


Popular Post